Rabu, 04 Maret 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan (Pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri salmonella thyposa)

LAPORAN PRAKTIKUM
“Pengaruh Antibiotik Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhosa

Disusun Oleh:
Nama                           : Syahrul Ahyar
Nim                              : 342012136
Kelas/ Semester       : D/ V (Lima)
Mata Kuliah               : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh     : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si





Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Palembang

2014




ABSTRAK
Syahrul Ahyar (2014). Pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri salmonella thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Progrm studi Biologi, Universitas Muhammadiyah Palembang, Program Sarjana (S1). Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti S.Si.,M.Si.
Kata kunci: Bakteri Salmonella thyposa, antibiotik.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan  mikroba. (2) Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Bakteri Salmonella thyposa. (2) Antibiotik yang dipakai adalah Amoxylin 500 g. (3) Paper disk yang digunakan adalah paper disk berukuran 6 mm. (4) Parameter yang diamati adalah apakah terdapat zona hambat pada antibiotic yang diujikan.  Kesimpulan hasil praktikum: (1) Percobaan antibiotik terhadap bakteri Salmonella typhosa menghasilkan zona hambat sebesar 7,5438 Cm2. Ini berarti antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri. (2) Paperdish yang akan digunakan harus direndam selama 15 menit agar cairan antibiotok benar- benar meresap dengan sempurna pada paper dish. (3) Pada saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai media.



A.    Praktikum Ke        : III
B.    Judul                     : Pengaruh Antibiotik Terhadap Pertumbuhan Bakteri                         Salmonella Typhosa.
C.   Pendahuluan
1)    Latar Belakang
            Kehidupan semua makhluk hidup tergantung pada lingkungan sekitar, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Demikiian pula kehidupan mikroorganisme, tergantung pula pada lingkungan sekitarnya. Mikroorganisme ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung pada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya cara untuk mempertahankan hidupnya ialah menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula terjadi perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk dan morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun temurun. Bakteri dapat pula mempengaruhi pH medium tempat ia hidup, sehingga sangatlah perlu kita ketahui sehingga dilakukan percobaan ini.

2)    Tujuan
a)    Untuk mengetahui pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan  mikroba.
b)    Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas





D.   Dasar Teori          
1.    Bakteri Salmonella thyposa
            Salmonella adalah suatu genus bacteria enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus, dan penyakit foodborne. Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfide. Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
            Kebanyakan species bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja (Anonim, 2008).
Klasifikasi Salmonella thyposa
-       Kingdom : BakteriaPhylum : Proteobakteria
-       Classis : Gamma proteobakteria
-       Ordo : Enterobakteriales
-       Familia : Enterobakteriakceae
-       Genus : Salmonella
-       Species : Salmonella thyposa


Gambar1. Bakteri Salmonella thyposa
(Sumber: Joe, 2014)

               Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/ merah muda. Pengujian ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin (Anonim: 2008).

2.    Antibiotik
Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalah antibiotik. Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri terhadap aktivitas kerja obat (Anonim, 2012).
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup (Anonim, 2012).
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadang kala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep (Anonim, 2012).
Secara garis besar resistensi bakteri terhadap antibiotik melalui tiga mekanisme. Pertama, terjadi mutasi pada porin (lubang-lubang kecil) yang terdapat pada dinding luar bakteri. Porin ini merupakan suatu jalur bagi antibiotik untuk masuk dan secara efektif menghentikan pertumbuhan bakteri. Akibat mutasi yang terjadi pada porin, antibiotik tidak lagi dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel bakteri. Kedua, adanya inaktivasi antibiotik. Mekanisme ini mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik golongan aminoglikosida dan beta laktam karena bakteri mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan antibiotik tersebut. Ketiga, terjadi pengubahan tempat ikatan antibiotik oleh bakteri sehingga antibiotik tidak mampu lagi untuk berikatan dengan bakteri sebagai upaya menghentikan pertumbuhan bakteri tersebut (Lola, 2010).
Menurut ( Pelczar dan Chan 2009: 511), antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik berfungsi sebagai zat kematrapeutik. Menurut ( Pelczar dan Chan 2009: 508), karena zat kematerapeutik merupakan zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit menular (kemoterapi)  atau mencegah penyakit penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disintesis di dalam laboratorium kimia ( Pelczar dan Chan 2009: 514- 515).
suatu zat antibiotik kemoterapeutik  yang ideal hendaknya memiliki sifat-sifat sbb:
·         Harus memiliki kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik berspektrum luas efektif  terhadap banyak spesies.
·         Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bntuk resisten parasit.
·         Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, seperti  reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastroinestin.
·         Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang. Gangguan terhadap flora normal mikroba dapat mengacaukan “keseimbangan alamiah”, sehingga memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru. Penggunaan antibiotic berspektrum luas untuk waktu lama misalnya,  dapat melenyapkan flora bakteri normal tetapi tidak melenyapkan Monilia (cendawan) dari saluran pencernaan. Dalam keadaan demikian Monilia dapat menimbulkan infeksi.
·         Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oelh asam lambung, atau melalui suntikan (parenteral) tanpa terjadi pengikatan dengan protein darah.
·         Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
·         Konsentrasi antibiotic di dalam jaringan atau darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat  atau mematikan penyebab infeksi.



a.    Jenis- jenis Antibiotik
1.    Penisilin ( Penicillins )
Penisilin atau antibiotik beta-laktam yaitu kelas antibiotik yang mengakibatkan kerusakan dinding sel bakteri ketika bakteri tengah dalam reaksi reproduksi. Penisilin merupakan grup agen bakterisida yang terbagi dalam penisilin G, penisilin V, amoksisilin, tikarsilin, ampisilin, oksasilin, kloksasilin dan nafsilin. Antibiotik ini dipakai untuk menyembuhkan infeksi yang terkait dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dan lain-lain. Beberapa orang mungkin akan mengalami alergi pada penisilin dengan keluhan ruam atau mungkin demam lantaran hipersensitivitas pada antibiotik. Kerapkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan beragam jenis antibiotik yang lain (Anisa.Mia, 2013).

2.    Sefalosporin ( Cephalosporins )
Sefalosporin, seperti halnya juga penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding pada sel bakteri selama reproduksi. Akan tetapi, antibiotik ini dapat menyembuhkan beragam infeksi bakteri yang tidak juga mampu diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dan lain-lain. Dalam masalah di mana orang peka terhadap penisilin, maka sefalosporin dapat diberikan menjadi alternatif. Akan tetapi, dalam banyak masalah, saat seorang alergi pada penisilin, maka besar kemungkinan dia akan alergi pada sefalosporin pula. Ruam, diare, kejang perut, dan demam merupakan efek samping dari antibiotik ini (Anisa. Mia, 2013).

3.    Aminoglikosida ( Aminoglycosides )
Jenis antibiotik ini menghalangi pembentukan protein bakteri. Sebab efektif dalam menghalangi produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan diantaranya untuk menyembuhkan tifus dan pneumonia. Walaupun efektif dalam menyembuhkan bakteri pemicu infeksi, terdapat resiko bakteri semakin tahan pada antibiotik ini. Aminoglikosida pula diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin. Aminoglikosida efisien mengatur dan menyembuhkan infeksi bakteri, akan tetapi punya potensi melemahkan ginjal dan fungsi hati (Anisa. Mia, 2013).

4.    Makrolida ( Macrolides )
Sama sesuai sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida menghambat terjadinya biosintesis protein bakteri dan kebanyakan diberikan untuk menyembuhkan pasien yang benar-benar peka pada penisilin. Makrolida mempunyai spektrum lebih luas dibanding dengan penisilin dan dipakai untuk menyembuhkan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dan lain-lain. Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare merupakan sebagian efek samping dari makrolida. Bukan hanya itu saja, wanita hamil dan menyusui tidak boleh konsumsi makrolida (Anisa. Mia, 2013).

5.    Sulfonamida ( Sulfonamides )
Obat ini efisien menyembuhkan infeksi ginjal, akan tetapi sayangnya mempunyai efek berbahaya pada ginjal. Untuk menghambat terjadinya pembentukan kristal obat, pasien perlu minum sejumlah besar air. Satu diantara obat sulfa yang paling kerap dipakai yakni gantrisin (Anisa. Mia, 2013).

6.    Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu satunya kelas dari antibiotik yang dengan cara langsung dapat menghentikan sintesis DNA bakteri. Sebab mampu diserap dengan amat baik oleh tubuh, fluoroquinolones bisa diberikan dengan cara oral. Antibiotik ini di anggap relatif aman dan banyak dipakai untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Akan tetapi, fluoroquinolones diduga memengaruhi perkembangan tulang. Itu karena, obat ini tidak juga direferensikan untuk wanita hamil atau mungkin juga anak-anak. Efek samping yang kerap timbul meliputi diare, mual, muntah dll (Anisa. Mia, 2013).

7.    Tetrasiklin ( tetracyclines ) dan polipeptida ( polypeptides )
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang dipakai untuk menyembuhkan beragam infeksi seperti infeksi pada telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dan lain-lain. Pasien dengan permasalahan hati perlu hati-hati ketika mengambil tetrasiklin sebab bisa memperburuk masalah. Polipeptida di anggap cukup beracun makanya difungsikan pada permukaan kulit saja. Saat disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida dapat mengakibatkan efek samping seperti rusaknya ginjal dan saraf. itulah beberapa aspek yang patut kita ketahui berkaitan dengan masalah obat antibiotic (Anisa. Mia, 2013).

E.    Pelaksanaan Praktikum
1.    Waktu dan Tempat
·         Waktu      : Jum’at, 31 Oktober 2014
·         Tempat    :Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah                  Palembang.

2.    Alat dan Bahan
a.    Alat:
-       petri                                                     - incubator
-       Termometer                                         - Jangka sorong
-       Penggaris                                             - Kertas label
-       Beaker glass                                         - Tabung reaksi
-       Pinset                                                    - Bunsen
-       Penggaris                                             - Jarum ose
-       Sprayer                                                - Autoclave
b.    Bahan :
-       Media NA                                            - Media PDA              
-       Kertas putih                                         - Biakan bakteri S. Thyphosa
-       Label                                                   - Spiritus                     
-       Alkohol 70%                                        - Tissue                      
-       Paper disk diameter 6 mm                 - Antibotik amoxylin 500 mg




3.    Cara kerja
·         Mengamati pengaruh  antibioti
-       Inokulasi bakteri keseluru bahan media NA (untuk khamir/ kapang: inokulasi khamir ke seluruh permukaan media PDA) dalam cawan petri secara aseptis.
-       Masukkan masing- masing bahan kimia kedalam beaker glass kira- kira 5 ml, kemudian rendam paper dish berdeameter 6 mm selama 15 menit kedalam bahan kimia tersebut.
-       Setelah 15 menit pape dish direndam kemudian letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang sudah diinokulai bakteri.
-       Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24 jam untuk bakteri pada suhu 37 dalam inkubator .
-       Setelah inkubasi 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.
-       Rumus : Luas Zona Sensitifitas = Luas Lingkaran I ( Besar ) – Luas Lingkaran II (Paper dish)

F.    Hasil dan Pembahasan
1)    Hasil Praktikum
      Data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa diperoleh data hasil pengamatan perlakuan bahan kimia, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas zona hambat yang terbentuk pada antibiotik

No
Bahan Kimia
Diameter Zona Hambat (Cm)
Luas Zona Hambat (Cm2 )
Sisi 1
Sisi 2
Sisi 3
Sisi 4
1
Antibiotik
3
3,2
3,3
2,9
7,5438
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2)    Pembahasan
            Salmonella typhosa apabila di inkubasi dengan bahan uji peletakan paper dish yng direndam antibiotik maka akan mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai daerah bening. Ini disebabkan karena zat kimia antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Zona hambat yang terbentuk sebesar 7,5438 Cm2Paper dish harus direndam selama 15 menit pada cairan antibiotik alasannya agar cairan antibiotic benar- benar meresap sempurna pada paper dish. Pada saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai media.






KESIMPULAN
1.    Percobaan antibiotik terhadap bakteri Salmonella typhosa menghasilkan zona hambat sebesar 7,5438 Cm2. Ini berarti antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
2.    Paperdish yang akan digunakan harus direndam selama 15 menit agar cairan antibiotok bena- benar meresap dengan sempurna pada paper dish.
3.    Pada saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai media.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar