Rabu, 04 Maret 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan ( Pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan bakteri salmonella thyposa)


LAPORAN PRAKTIKUM
“Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhosa”




Disusun Oleh:
Nama                           : Syahrul Ahyar
Nim                              : 342012136
Kelas/ Semester       : D/ V (Lima)
Mata Kuliah               : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh     : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si











Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Palembang
2014



ABSTRAK
Syahrul Ahyar (2014). Pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan bakteri salmonella thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Progrm studi Biologi, Universitas Muhammadiyah Palembang, Program Sarjana (S1). Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti S.Si.,M.Si.
Kata kunci: Bakteri Salmonella thyposa, antibiotik.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia ( zat anti mikroba) terhadap pertumbuhan  mikroba. (2) Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Bakteri Salmonella thyposa. (2) Zat kimia (3) Sabun cair(detol) dan alkohol (4) Paper disk yang digunakan adalah paper disk berukuran 6 mm. (5) Parameter yang diamati adalah apakah terdapat zona hambat pada zat kimia yang diujikan. Hasil Praktikum: (1) Zona hambat pada zat kimia antimikroba alkohol sebesar 0,4258 Cm2. (2). Zona hambat zat kimia antimikroba sabun cair Dettol sebesar  13,1958 Cm2.











A.    Praktikum Ke        : II
B.    Judul                     : Pengaruh Bahan Kimia Anti Mikroba (zat kimia)                               Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhosa.
C.   Pendahuluan
1.    Latar Belakang
            Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan. Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan bakteri sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Ada pula golongan mikroorganisme yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian.
            Beberapa bahan kimia seperti senyawa fenol, alkohol, formalin, dan lain-lain diketahui dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai mikrorganisme. Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah mendenaturasi protein, merusak membran, mengganggu sintesis protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan lain-lain.

2.    Tujuan
a.    Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia ( zat anti mikroba dan antibiotik) terhadap pertumbuhan  mikroba.
b.    Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas
D.   Dasar Teori           :
1)    Bakteri Salmonella thyposa
            Salmonella adalah suatu genus bacteria enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus, dan penyakit foodborne. Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfide. Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
               Kebanyakan species bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja (Anonim, 2008).
Klasifikasi Salmonella thyposa
-       Kingdom : BakteriaPhylum : Proteobakteria
-       Classis : Gamma proteobakteria
-       Ordo : Enterobakteriales
-       Familia : Enterobakteriakceae
-       Genus : Salmonella
-       Species : Salmonella thyposa


Gambar Bakteri Salmonella thyposa (Sumber: Joe, 2014)

               Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/ merah muda. Pengujian ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin (Anonim: 2008).

2)    Antibakteri
         Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Anonim, 2012).
         Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pHsuhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri (Anonim, 2012).

a)    Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerjaenzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein
·         Penghambatan sintesis dinding sel bakter
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida. Dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh, contoh antibakteri dengan mekanisme tersebut adalah penicilinsefalosporinvankomisinbasitrasinsikloserin, dan ampisilin.
·         Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel.[butuh rujukan] Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleatnukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Amfoterisin B,kolistinpoimiksinimidazol, dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut.
·         Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri
Senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA. Kloramfenikoleritromisinlinkomisintetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.
·         Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatik dan bakteriosida
-       Bakteriostatik
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan.
-       Bakterisida
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri.  Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi.

3)    Kelompok-kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi
Menurut Pelczar dan Chan, (2009) berikut beberapa kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi:
  1. Persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptik. Telah lama merupakan standar pembanding bagi disinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya (Pelczar dan Chan, 2009: 489).


  1. Persenyawaan alkohol
Etil alkohol dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap mikroorganisme vegetatif atau yang tidak membentuk spora. Etil alkohol mempunyai aktivitas sporosidal yang rendah. Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikrobe pada kulit dan untuk disinfektan termometer oral. Alkohol merupakan denaturasi protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas antimikrobial pada alkohol. Disamping itu alkohol juga merupakan pelarut lipid sehingga dapat pula merusak membran sel (Pelczar dan Chan, 2009: 490).

  1. Halogen serta persenyawaannya
Keluarga halogen beranggotakan unsur-unsur flour, klor, brom dan iodium. Klor dan iodium ialah yang paling luas penggunaannya sebagai zat antimikrobial (Pelczar dan Chan, 2009: 492).
-       Iodium
Zat ini merupakan salah satu bahan germisidal yang paling tua serta paling efektif. Yitu efektif terhadap segala macam bakteri, spora, cendawan dan virus. Larutan iodium terutama digunakan untuk mendisinfeksi kulit, khususnya sebagai disinfektan kulit sebelum operasi (Pelczar dan Chan, 2009:492).
-       Klor dan persenyawaan.
Merupakan salah satu disinfektan paling luas penggunaannya. Tersedia banyak persenyawaan klor yang lebih mudah digunakan dengan baik, sama efektifnya sebagai disinfektan. Beberapa diantaranya adalah (Pelczar dan Chan, 2009: 492).


-       Hipoklorit.
Merupakan persenyawaan yang banyak digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Persenyawaan- persenyawaan tersebut tersedia sebagai bubuk atau larutan cair dan dalam berbagai konsentrasi bergantung kepada penggunaan yang dianjurkan (Pelczar dan Chan, 2009: 492-493).
-       Kloramin.
Salah satu kegunaan keuntungan kloramin ialah jauh lebih stabil dari pada hipoklorit. Maksudnya, persenyawaan- persenyawaan tersebut melepaskan klor dalam wakturelatif lama (Pelczar dan Chan, 2009:493).

  1. Logam berat dan persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsur maupun persenyawaan bersifat merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah merkuri, perak dan tembaga. 
-       Logam berat (aksi oligodinamik)
logam-logam tertentu dalam jumlah amat kecil, terutama perak, dapat mematikan bakteri hal ini disebut sebagiu aksi oligodinamik (oligodynamic action) (Pelczar dan Chan, 1988: 494).
-       Persenyawaan logam berat,
banyak sekali persenyawaan logam berat memiliki aktivitas germisidal atau antiseptik. Persenyawaan logam berat antimikrobial yang paling penting ialah persenyawaan yang mengandung merkuri, perak dan tembaga. Merkuri kloride yang dulu merupakann disinfektan populer kini tidak lagi digunakan, namun beberapa persenyawaan merkuri organik (Mertiolat, Merkurokrom dan Metafen) masih digunakan sebagai antiseptik. Perat nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. Persenyawaan yang mengandung tembaga lebih banyak digunakan sebagai fungisida dalam bidang pertanian (Pelczar dan Chan, 1988: 495).

  1. Detto Sabun Cair
Dettol memperoleh sifat antiseptik dari senyawa kimia aromatik yang dikenal sebagai chloroxylenol (C8H9ClO) yang terkandung dalam semua produk Dettol tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Konsentrasi maksimum senyawa kimia ini hadir dalam cairan antiseptik Dettol yang juga berisi bahan-bahan lain seperti minyak pinus, minyak jarak dan karamel banyak yang tidak larut dalam air. Hal ini karena alasan ini bahwa ketika beberapa tetes cairan antiseptik Dettol ditambahkan ke air mandi mereka membentuk putih emulsi bukan melarutkan sepenuhnya. Alasan lain mengapa orang membeli Dettol adalah bahwa tidak hanya semua produk Dettol tidak beracun di alam tetapi relatif lebih murah dariproduk sejenis lainnya (Anonim, 2014).

  1. Deterjen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut deterjen. Salah satu contohnya adalah sabun. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Karena itulah kini telah dikembangkan bahan pembersih baru yang lebih efisien yang disebut surfaktan atau deterjen sintesis. Zat tersebut tidak membentuk endapan dalam air alkalinmaupun asam, serta tidak bereaksi dengan mineral yang terdapat dalam air sadah dan membentuk endapan. Beberapa jenis sabun dan deterjen bersifat bakterisidal (Pelczar dan Chan, 2009: 495).
  1. Aldehide
Glutaraldehide dan formaldehide merupakan dua persenyawaan aldehide yang mempunyai berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi mikroorganisme.
-       Glutaraldehide
Persenyawaan ini merupakan dialdehide jenuh, Larutan glutaraldehide 2 % memperlihatkan aktivitas antimikrobial berpektrum luas. Efektif terhadap sel vegetatif bakteri, cendawan, serta virus. Digunakan unruk mensterilkan peralatan urologis (untuk pemeriksaan saluran kemih), alat-alat berlensa, dan perlengkapan medis lain. Tetapi untuk mencapai keadaan steril dibutuhkan waktu perlakuan yang lama (Pelczar dan Chan, 2009: 497).

-       Formaldehide
Persenyawaan ini berbentuk gas, yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan suhu yang tinggi pula. Pada suhu kamar akan berpolimerisasi membentuk zat padat, Polimer yang penting,paraformaldehide, merupakan zat padat tak berwarna yang akan segera menghasilkan formaldehide bila dipanaskan Formaldehide juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama formalin, yang mengandung 37 sampai 40% formaldehide . Formalin memiliki aktivitas antimikrobial yang sangat tinggi; uap formaldehide akan mensterilkan benda dalam ruang tertutup dan pada keadaan yang cocok. Ciri buruk formaldehide ialah menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya berbahaya (Pelczar dan Chan, 2009: 498).
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dengan kadar 36 – 40%, tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai stabilisator. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehida 30, 20 dan 10%. Disamping dalam bentuk cairan, formalin dapat diperoleh dalam bentuk tablet yang masing-masing mempunyai berat 5 gram. Formaldehida pertama kali disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov pada tahun 1859 namun diidentifikasi lebih lanjut oleh August Wilhelm von Hofmann pada tahun 1867Formaldehida mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C (Ita. Apriani, 2012).
Formaldehid membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air). unsur aldehida didalamnya bersifat mudah bereaksi dengan protein, karena ketika dimasukan ke media, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus meresap ke bagian dalam. Protein yang telah rusak, tidak akan digunakan bakteri untuk bermetabolisme dan menghasilkan energi,sehingga tidak terjadi pertumbuhan bakteri kerena sumber nutrien untuk tumbuh telah dirusak oleh antibiotik formalin (Ita. Apriani, 2012).

  1. Kemosterilisator gas.
Pada masa kini ada berbagai macam produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan semacam itu. Dalam proses ini, bahan itu dikenai gas di dalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastik yang peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri, dan pipet serta ruang tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan untuk sterilisasi dengan gas ialah etilenokside (Pelczar dan Chan, 2009: 499).
           Menurut ( Pelczar dan Chan, 2009: 453- 456), ada banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja antimikrobial, yaitu sbb:
a.    Konsentrasi atau intesitas zat antimikrobial dimana jika semakin tinggi konsentrasi bahan kimia atau intensitas sarana fisik yang diberikan dalam suatu waktu tertentu, maka makin cepat sasaran (mikroorganisme) akan mati.
b.    Jumlah mikroorganisme dimana jika jumlah sel bakteri yang akan dibunuhnya banyak, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama supaya sel tersebut dapat benar-benar mati.
c.    Suhu, dimana jika bertambahnya suhu dapat meningkatkan kecepatan terbunuhnya sel-sel bakteri.
d.    Spesies mikroorganisme, dimana pesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik dan bahan kimia. Telah kita ketahui bahwa pada spesies pembentuk spora, sel vegetatif yang sedang tumbuh lebih mudah dibunuh dibandingkan dengan sporanya. Sesungguhnya spora bakteri adalah yang paling resisten diantara semua organism hidup dalam hal kemampuan dalam bertahan hidup pada keadaa fisik dan kimiawi yang kurang baik.
e.    Adanya bahan organic, dimana adanya bahan organic asing dapat menurunkan dengan nyata keefektifan zat kimia antimokrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya. Contohnya yaitu penggabungan disinfektan dengan bahan organic membentuk produk yang tidak bersifat mikrobisidial dan penggabungan disinfektan dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan, sehingga disinfektan tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme.
f.     Keasaman atau kebasaan (pH), dimana mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah  dan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan yang basa.


















E.    Pelaksanaan Praktikum
1.    Waktu dan Tempat
-       Waktu      : Jum’at, 31 Oktober 2014
-       Tempat    :Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah                  Palembang.

2.    Alat dan Bahan
a.    Alat:
-       petri                                                     - incubator
-       Termometer                                         - Jangka sorong
-       Penggaris                                             - Kertas label
-       Beaker glass                                         - Tabung reaksi
-       Pinset                                                    - Bunsen
-       Penggaris                                             - Jarum ose
-       Sprayer                                                - Autoclave
b.    Bahan :
-       Media NA                                            -  Alkohol 96 %
-       Media PDA                                         - Kertas putih
-       Biakan bakteri S. Thyphosa               - Label
-       Spiritus                                                - Alkohol 70%             
-       Tissue                                                  - Paper disk diameter 6 mm
-       Detol sabun cair                                  - Antibotik amoxylin 500 mg



3.    Cara kerja
a.    Mengamati pengaruh bahan kimia dan antibiotik
1)      Inokulasi bakteri keseluru bahan media NA (untuk khamir/ kapang: inokulasi khamir ke seluruh permukaan media PDA) dalam cawan petri secara aseptis.
2)      Masukkan masing- masing bahan kimia kedalam beaker glass kira- kira 5 ml, kemudian rendam paper dish berdeameter 6 mm selama 15 menit kedalam bahan kimia tersebut.
3)      Setelah 15 menit pape dish direndam kemudian letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang sudah diinokulai bakteri.
4)      Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24 jam untuk bakteri pada suhu 37 dalam inkubator .
5)      Setelah inkubasi 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.
6)      Rumus : Luas Zona Sensitifitas = Luas Lingkaran I ( Besar ) – Luas Lingkaran II (Paper dish)

F.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    HASIL PRAKTIKUM
      Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa diperoleh data hasil pengamatan perlakuan bahan kimia, dapat dilihat pada tabel 1.

 Tabel 1. Luas Zona Hambat yang Terbentuk Pada Zat Kimia Anti Mikroba            Terhadap Bakteri Salmonella thyposa

No
Bahan Kimia
Diameter Zona Hambat (Cm)
Luas Zona Hambat (Cm2 )
Sisi 1
Sisi 2
Sisi 3
Sisi 4
1
Alkohol 90%
1
0,9
0,9
1
0,4258
2
Dettol sabun cair
4
4
4,2
4,2
13,1958
(Sumber: Dokumentasi Pribadi).

2.    Pembahasan
        Salmonella typhosa yang diinkubasi dengan bahan uji zat kimia antimikroba alkohol 90% menghasilkan zona hambat sebesar 0,4258 Cm2. Sedangkan pada zat antimikroba Dettol sabun cair menghasilkan zona hambat sebesar 13,1958 Cm2. Ini berarti sabun cair lebih efektif membunuh bakteri Salmonella typhosa disbanding alkohol 90%. Paper dish harus direndam selama 15 menit pada cairan antibiotik alasannya agar cairan antibiotic benar- benar meresap sempurna pada paper dish.
Pada saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai media.




KESIMPULAN
1.    Pada zat kimia antimikroba alkohol 90% terbentuk zona hambat 0,4258 Cm2 ini berarti alkohol 90% mempengarhi pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa.
2.    Pada zat kimia antimikroba sabun cair Dettol juga terbentuk zona hambat  13,1958 Cm2 ini berarti sabun cair juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa.
3.    Luas zona hambat pada sabun cair Dettol lebih besar dibandingkan dengan alkohol 90%.
4.    Meletakkan cawan petri yang berisi media yang telah diinokulasi harus dibalik karena bakteri merupakan makhluk hidup setiap makhluk hidup melakukan metabolism, proses metabolisme menghasilkan uap air, jadi agar uap air hasl metabolism tidak mengenai media yg diinokulasi nantinya maka cawan petri harus diletakkan dalam posisi terbalik









Tidak ada komentar:

Posting Komentar