LAPORAN
PRAKTIKUM
“Pengaruh
Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella
Typhosa”
Disusun
Oleh:
Nama :
Syahrul Ahyar
Nim :
342012136
Kelas/ Semester : D/ V (Lima)
Mata Kuliah : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas
Muhammadiyah Palembang
2014
ABSTRAK
Syahrul Ahyar (2014). Pengaruh bahan kimia
terhadap pertumbuhan bakteri salmonella thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi
Terapan. Progrm studi Biologi, Universitas Muhammadiyah Palembang, Program
Sarjana (S1). Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti S.Si.,M.Si.
Kata kunci: Bakteri Salmonella thyposa,
antibiotik.
Tujuan
praktikum: (1) Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia ( zat anti mikroba)
terhadap pertumbuhan mikroba. (2) Untuk
mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas. Ruang lingkup dan batasan
masalah: (1) Bakteri Salmonella thyposa. (2) Zat kimia (3) Sabun cair(detol)
dan alkohol (4) Paper disk yang digunakan adalah paper disk berukuran 6 mm. (5)
Parameter yang diamati adalah apakah terdapat zona hambat pada zat kimia yang
diujikan. Hasil Praktikum: (1) Zona hambat pada zat kimia antimikroba alkohol
sebesar 0,4258 Cm2. (2). Zona hambat zat kimia antimikroba sabun
cair Dettol sebesar 13,1958 Cm2.
A.
Praktikum Ke :
II
B.
Judul :
Pengaruh Bahan Kimia Anti Mikroba (zat kimia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella
Typhosa.
C.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi
oleh lingkungan. Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan
bakteri sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi baru. Ada pula golongan mikroorganisme yang sama sekali
peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri.
Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan
mikroorganisme, baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian.
Beberapa bahan kimia seperti senyawa
fenol, alkohol, formalin, dan lain-lain diketahui dapat menghambat atau
mematikan mikroorganisme. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai mikrorganisme. Cara
kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu
berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah mendenaturasi protein, merusak
membran, mengganggu sintesis protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan
lain-lain.
2.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia ( zat
anti mikroba dan antibiotik) terhadap pertumbuhan mikroba.
b.
Untuk mengetahui zona hambat dan zona
sensitivitas
D.
Dasar Teori :
1)
Bakteri Salmonella thyposa
Salmonella
adalah suatu genus bacteria enterobakteria gram negatif berbentuk tongkat yang
mengakibatkan penyakit paratifus, tifus, dan penyakit foodborne.
Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen
sulfide. Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi
Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali
menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
Kebanyakan
species bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada
pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini
merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup
dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap
zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium
dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat
untuk isolasi salmonella dari tinja (Anonim, 2008).
Klasifikasi Salmonella thyposa
-
Kingdom : BakteriaPhylum :
Proteobakteria
-
Classis : Gamma
proteobakteria
-
Ordo : Enterobakteriales
-
Familia : Enterobakteriakceae
-
Genus : Salmonella
-
Species : Salmonella thyposa
Gambar Bakteri Salmonella
thyposa (Sumber: Joe, 2014)
Salmonella
digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab salmonella adalah jenis bakteri
yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci
dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu
pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram
negative menjadi berwarna merah/ merah muda. Pengujian ini berfungsi
mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding
sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen ( penyebab
penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini
berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative terutama
lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin (Anonim: 2008).
2) Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara
mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya
karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk
kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antibakteri hanya dapat digunakan
jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat
membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi
penderitanya. Mekanisme
kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel,
menghambat keutuhan permeabilitas dinding
sel bakteri, menghambat kerja enzim,
dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein
(Anonim, 2012).
Langkah pertama kerja obat berupa
pengikatan obat pada reseptor sel beberapa diantaranya
adalah enzim transpeptida.
Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan
terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas
penghambat enzim autolisis pada
dinding sel. Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa
tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi,
dan aktivitas metabolisme bakteri
(Anonim, 2012).
a)
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri
diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding
sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel
bakteri, menghambat kerjaenzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein
·
Penghambatan sintesis dinding sel bakter
Langkah pertama kerja obat berupa
pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa
diantaranya adalah enzim transpeptida. Dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis
peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau
penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding
sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah
menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya
tertutup oleh selaput sel yang rapuh, contoh antibakteri dengan
mekanisme tersebut adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.
·
Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh
selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif,
melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel.[butuh rujukan] Bila integritas
fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan
menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur
mati. Amfoterisin B,kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan
mekanisme karja tersebut.
·
Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri
Senyawa
penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca
kode pada mRNA oleh tRNA. Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat
menghambat sintesis protein sel bakteri.
·
Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
Senyawa antibakteri yang
bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi,
sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa
penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan
sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu bakteriostatik dan bakteriosida
- Bakteriostatik
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak
mematikan.
- Bakterisida
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh
bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik
pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi.
3)
Kelompok-kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi
Menurut Pelczar dan
Chan, (2009) berikut beberapa kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi:
- Persenyawaan fenolat
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya oleh
Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk mengembangkan
teknik-teknik pembedahan aseptik. Telah lama merupakan standar pembanding bagi
disinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya (Pelczar dan
Chan, 2009: 489).
- Persenyawaan alkohol
Etil alkohol dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap
mikroorganisme vegetatif atau yang tidak membentuk spora. Etil alkohol
mempunyai aktivitas sporosidal yang rendah. Alkohol efektif untuk mengurangi
flora mikrobe pada kulit dan untuk disinfektan termometer oral. Alkohol
merupakan denaturasi protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas
antimikrobial pada alkohol. Disamping itu alkohol juga merupakan pelarut lipid
sehingga dapat pula merusak membran sel (Pelczar dan Chan, 2009: 490).
- Halogen serta persenyawaannya
Keluarga halogen
beranggotakan unsur-unsur flour, klor, brom dan iodium. Klor dan iodium ialah
yang paling luas penggunaannya sebagai zat antimikrobial (Pelczar dan Chan,
2009: 492).
-
Iodium
Zat ini merupakan salah satu bahan germisidal yang paling tua
serta paling efektif. Yitu efektif terhadap segala macam bakteri, spora,
cendawan dan virus. Larutan iodium terutama digunakan untuk mendisinfeksi
kulit, khususnya sebagai disinfektan kulit sebelum operasi (Pelczar dan Chan,
2009:492).
-
Klor dan persenyawaan.
Merupakan salah satu disinfektan paling luas penggunaannya.
Tersedia banyak persenyawaan klor yang lebih mudah digunakan dengan baik, sama
efektifnya sebagai disinfektan. Beberapa diantaranya adalah (Pelczar dan Chan,
2009: 492).
-
Hipoklorit.
Merupakan persenyawaan yang banyak digunakan baik untuk keperluan
rumah tangga maupun industri. Persenyawaan- persenyawaan tersebut tersedia
sebagai bubuk atau larutan cair dan dalam berbagai konsentrasi bergantung
kepada penggunaan yang dianjurkan (Pelczar dan Chan, 2009: 492-493).
-
Kloramin.
Salah satu kegunaan keuntungan kloramin ialah jauh lebih stabil
dari pada hipoklorit. Maksudnya, persenyawaan- persenyawaan tersebut melepaskan
klor dalam wakturelatif lama (Pelczar dan Chan, 2009:493).
- Logam berat dan persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsur maupun
persenyawaan bersifat merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah
merkuri, perak dan tembaga.
-
Logam berat (aksi oligodinamik)
logam-logam tertentu dalam jumlah amat kecil, terutama perak,
dapat mematikan bakteri hal ini disebut sebagiu aksi oligodinamik (oligodynamic
action) (Pelczar dan Chan, 1988: 494).
-
Persenyawaan logam berat,
banyak sekali persenyawaan logam berat memiliki aktivitas
germisidal atau antiseptik. Persenyawaan logam berat antimikrobial yang paling
penting ialah persenyawaan yang mengandung merkuri, perak dan tembaga. Merkuri
kloride yang dulu merupakann disinfektan populer kini tidak lagi digunakan,
namun beberapa persenyawaan merkuri organik (Mertiolat, Merkurokrom dan
Metafen) masih digunakan sebagai antiseptik. Perat nitrat telah lama digunakan
untuk mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. Persenyawaan
yang mengandung tembaga lebih banyak digunakan sebagai fungisida dalam bidang
pertanian (Pelczar dan Chan, 1988: 495).
- Detto Sabun Cair
Dettol memperoleh sifat antiseptik dari senyawa kimia aromatik
yang dikenal sebagai chloroxylenol (C8H9ClO) yang terkandung dalam semua produk
Dettol tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Konsentrasi maksimum senyawa kimia
ini hadir dalam cairan antiseptik Dettol yang juga berisi bahan-bahan lain
seperti minyak pinus, minyak jarak dan karamel banyak yang tidak larut dalam
air. Hal ini karena alasan ini bahwa ketika beberapa tetes cairan antiseptik
Dettol ditambahkan ke air mandi mereka membentuk putih emulsi bukan melarutkan
sepenuhnya. Alasan lain mengapa orang membeli Dettol adalah bahwa tidak hanya
semua produk Dettol tidak beracun di alam tetapi relatif lebih murah dariproduk
sejenis lainnya (Anonim, 2014).
- Deterjen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama
digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut deterjen.
Salah satu contohnya adalah sabun. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik
dalam air sadah. Karena itulah kini telah dikembangkan bahan pembersih baru
yang lebih efisien yang disebut surfaktan atau deterjen
sintesis. Zat tersebut tidak membentuk endapan dalam air alkalinmaupun
asam, serta tidak bereaksi dengan mineral yang terdapat dalam air sadah dan
membentuk endapan. Beberapa jenis sabun dan deterjen bersifat bakterisidal
(Pelczar dan Chan, 2009: 495).
- Aldehide
Glutaraldehide dan formaldehide merupakan dua persenyawaan
aldehide yang mempunyai berbagai penerapan untuk mengendalikan populasi
mikroorganisme.
-
Glutaraldehide
Persenyawaan ini merupakan dialdehide jenuh, Larutan
glutaraldehide 2 % memperlihatkan aktivitas antimikrobial berpektrum luas.
Efektif terhadap sel vegetatif bakteri, cendawan, serta virus. Digunakan unruk
mensterilkan peralatan urologis (untuk pemeriksaan saluran kemih), alat-alat
berlensa, dan perlengkapan medis lain. Tetapi untuk mencapai keadaan steril
dibutuhkan waktu perlakuan yang lama (Pelczar dan Chan, 2009: 497).
- Formaldehide
Persenyawaan ini berbentuk gas, yang stabil hanya pada konsentrasi
tinggi dan suhu yang tinggi pula. Pada suhu kamar akan berpolimerisasi
membentuk zat padat, Polimer yang penting,paraformaldehide, merupakan
zat padat tak berwarna yang akan segera menghasilkan formaldehide bila
dipanaskan Formaldehide juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama formalin,
yang mengandung 37 sampai 40% formaldehide . Formalin memiliki aktivitas
antimikrobial yang sangat tinggi; uap formaldehide akan mensterilkan benda
dalam ruang tertutup dan pada keadaan yang cocok. Ciri buruk formaldehide ialah
menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya berbahaya (Pelczar dan Chan, 2009:
498).
Formalin adalah larutan formaldehida dalam
air dengan kadar 36 – 40%, tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan
biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai stabilisator. Di pasaran,
formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar
formaldehida 30, 20 dan 10%. Disamping dalam bentuk cairan, formalin dapat
diperoleh dalam bentuk tablet yang masing-masing mempunyai berat 5 gram.
Formaldehida pertama kali disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov
pada tahun 1859 namun diidentifikasi lebih lanjut oleh August Wilhelm von
Hofmann pada tahun 1867. Formaldehida mudah larut dalam air sampai
kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat
pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C (Ita. Apriani, 2012).
Formaldehid membunuh bakteri dengan membuat
jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air). unsur
aldehida didalamnya bersifat mudah bereaksi dengan protein, karena ketika dimasukan ke media,
formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus
meresap ke bagian dalam. Protein yang telah rusak, tidak akan digunakan bakteri
untuk bermetabolisme dan menghasilkan energi,sehingga tidak terjadi pertumbuhan bakteri kerena sumber nutrien untuk tumbuh telah
dirusak oleh antibiotik formalin (Ita. Apriani, 2012).
- Kemosterilisator gas.
Pada masa kini ada berbagai macam produk yang dibuat dari bahan
yang tidak dapat disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan.
Sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta
praktis untuk bahan-bahan semacam itu. Dalam proses ini, bahan itu dikenai gas
di dalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah perlakuan, gas
tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastik yang
peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri, dan pipet
serta ruang tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan
ini digunakan untuk sterilisasi dengan gas ialah etilenokside (Pelczar dan
Chan, 2009: 499).
Menurut ( Pelczar dan Chan, 2009:
453- 456), ada banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja antimikrobial,
yaitu sbb:
a.
Konsentrasi atau intesitas zat antimikrobial
dimana jika semakin tinggi konsentrasi bahan kimia atau intensitas sarana fisik
yang diberikan dalam suatu waktu tertentu, maka makin cepat sasaran
(mikroorganisme) akan mati.
b.
Jumlah mikroorganisme dimana jika jumlah sel
bakteri yang akan dibunuhnya banyak, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama
supaya sel tersebut dapat benar-benar mati.
c.
Suhu, dimana jika bertambahnya suhu dapat
meningkatkan kecepatan terbunuhnya sel-sel bakteri.
d.
Spesies mikroorganisme, dimana pesies
mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik
dan bahan kimia. Telah kita ketahui bahwa pada spesies pembentuk spora, sel
vegetatif yang sedang tumbuh lebih mudah dibunuh dibandingkan dengan sporanya.
Sesungguhnya spora bakteri adalah yang paling resisten diantara semua organism
hidup dalam hal kemampuan dalam bertahan hidup pada keadaa fisik dan kimiawi
yang kurang baik.
e.
Adanya bahan organic, dimana adanya bahan
organic asing dapat menurunkan dengan nyata keefektifan zat kimia antimokrobial
dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme
dari padanya. Contohnya yaitu penggabungan disinfektan dengan bahan organic
membentuk produk yang tidak bersifat mikrobisidial dan penggabungan disinfektan
dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan, sehingga disinfektan tidak
mungkin lagi mengikat mikroorganisme.
f.
Keasaman atau kebasaan (pH), dimana
mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu
yang lebih rendah dan dalam waktu yang
lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan
yang basa.
E.
Pelaksanaan Praktikum
1.
Waktu dan Tempat
- Waktu : Jum’at, 31 Oktober 2014
- Tempat :Laboratorium Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2.
Alat dan Bahan
a. Alat:
-
petri
- incubator
-
Termometer - Jangka sorong
-
Penggaris - Kertas label
-
Beaker glass -
Tabung reaksi
-
Pinset -
Bunsen
-
Penggaris -
Jarum ose
-
Sprayer - Autoclave
b. Bahan
:
-
Media NA - Alkohol 96 %
-
Media PDA -
Kertas putih
-
Biakan bakteri S. Thyphosa - Label
-
Spiritus -
Alkohol 70%
-
Tissue -
Paper disk diameter 6 mm
-
Detol sabun cair - Antibotik amoxylin 500 mg
3.
Cara kerja
a.
Mengamati pengaruh bahan kimia dan antibiotik
1)
Inokulasi bakteri keseluru bahan media NA
(untuk khamir/ kapang: inokulasi khamir ke seluruh permukaan media PDA) dalam
cawan petri secara aseptis.
2)
Masukkan masing- masing bahan kimia kedalam
beaker glass kira- kira 5 ml, kemudian rendam paper dish berdeameter 6 mm
selama 15 menit kedalam bahan kimia tersebut.
3)
Setelah 15 menit pape dish direndam kemudian
letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang
sudah diinokulai bakteri.
4)
Bungkus cawan petri secara terbalik dengan
kertas putih, kemudian inkubasi selama 24 jam untuk bakteri pada suhu 37℃ dalam inkubator .
5)
Setelah inkubasi 24 jam ukur diameter zona
hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.
6)
Rumus : Luas Zona Sensitifitas = Luas
Lingkaran I ( Besar ) – Luas Lingkaran II (Paper dish)
F.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor
Lingkungan terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa
diperoleh data hasil pengamatan perlakuan bahan kimia, dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1. Luas Zona Hambat
yang Terbentuk Pada Zat Kimia Anti Mikroba Terhadap
Bakteri Salmonella thyposa
No
|
Bahan
Kimia
|
Diameter
Zona Hambat (Cm)
|
Luas
Zona Hambat (Cm2 )
|
|||
Sisi
1
|
Sisi
2
|
Sisi
3
|
Sisi
4
|
|||
1
|
Alkohol
90%
|
1
|
0,9
|
0,9
|
1
|
0,4258
|
2
|
Dettol
sabun cair
|
4
|
4
|
4,2
|
4,2
|
13,1958
|
(Sumber: Dokumentasi Pribadi).
2.
Pembahasan
Salmonella
typhosa yang diinkubasi dengan bahan uji zat kimia antimikroba alkohol 90%
menghasilkan zona hambat sebesar 0,4258 Cm2. Sedangkan pada zat
antimikroba Dettol sabun cair menghasilkan zona hambat sebesar 13,1958 Cm2.
Ini berarti sabun cair lebih efektif membunuh bakteri Salmonella typhosa
disbanding alkohol 90%. . Paper dish harus direndam selama 15 menit pada
cairan antibiotik alasannya agar cairan antibiotic benar- benar meresap
sempurna pada paper dish.
Pada saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah
diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan
tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini
akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan
dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak
mengenai media.
KESIMPULAN
1. Pada
zat kimia antimikroba alkohol 90% terbentuk zona hambat 0,4258 Cm2
ini berarti alkohol 90% mempengarhi pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa.
2. Pada
zat kimia antimikroba sabun cair Dettol juga terbentuk zona hambat 13,1958 Cm2 ini berarti sabun cair
juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri Salmonella
typhosa.
3. Luas
zona hambat pada sabun cair Dettol lebih besar dibandingkan dengan alkohol 90%.
4. Meletakkan
cawan petri yang berisi media yang telah diinokulasi harus dibalik karena
bakteri merupakan makhluk hidup setiap makhluk hidup melakukan metabolism,
proses metabolisme menghasilkan uap air, jadi agar uap air hasl metabolism
tidak mengenai media yg diinokulasi nantinya maka cawan petri harus diletakkan
dalam posisi terbalik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar