Rabu, 04 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN “Flora Normal Pada Tubuh Manusia”

LAPORAN PRAKTIKUM
“Flora Normal Pada Tubuh Manusia”


Disusun Oleh:
Nama                           : Syahrul Ahyar
Nim                              : 342012136
Kelas/ Semester       : D/ V (Lima)
Mata Kuliah               : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh     : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si







Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Palembang
2014

ABSTRAK
Syahrul Ahyar, 2014. Flora Normal Pada Tubuh Manusia. Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana (S1). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dosen Pengasuh Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Kata kunci:  Flora normal pada tubuh manusia, pada epidermis penis, sekret                                                          vagina, rambut.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui keberadaan flora normal tubuh manusia; (2) Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Epidermis kulit yang dipakai adalah epidermis penis; (2) Sekret vagina yang dipakai adalah pada Labia mayora atau Labia minora; (3) Saliva yang digunakan adalah air liur yang terdapat dimulut yang pada saat itu mulut belum makan apapun; (5) Rambut yang dipakai adalah rambut wanita (6) Uji coba praktikum dilakukan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang (7) Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah jenis, jumlah, warna, bentuk, elevansi, permukaan, diameter, dan tepian koloni. Kesimpulan hasil praktikum : (1) Pada saliva terdapat bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4 pada bakteri jenis 1 berjumlah 3 berbentuk keriput, tepian sikat, elevasi timbul, berdeameter 0,575 Cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 2 berjumlah 10, berbentuk LT, tepian berambut dan elevasi timbul dan berdiameter 0,325 cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 3 berjumlah 22 memiliki bentuk bundar dengan tepian menyebar, tepian tak beraturan dan elevasi datar, memiliki diameter 0,8 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 4 berjumlah 6 berbentuk bundar, tepian koloni licin dan elevasinya cembung, berdiameter 0,35 Cm dab berwarna kuning. (2) Pada epidermis kelamin terdapat oloni bakteri jenis 1, 2, dan 3. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 223 memiliki bentuk bundar, tepian licin dan berelevasi timbul, memiliki diameter 0,1 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 22 berbentuk keriput tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,67 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 1 berbentuk tidak beraturan dan menyebar, tepian berlekuk dan elevasi timbul, berdiameter 0,4 Cm dan berwarna kuning. (3) Pada secret vagina terdapat koloni bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 2 berbentuk LT, tepian berambut dan berelevasi datar, berdiameter 0,82 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 1 memiliki bentuk bundar dengan tepian timbul, tepian pada koloni licin, elevasi timbul, diameter 0,17 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 70 koloni, berbentuk bundar dengan tepian timbul dan elevasi timbul, berdiameter 0,12 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 4 terdapat 216 koloni berbentuk berbenang- benang, tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,3 Cm dan berwarna putih. (4) Pada rambut terdapat jenis koloni 1, 2 dan 3. Pada koloni jenis 1 berjumlah 11 berbentuk LT dengan tepian berbenang- benang, berelevasi datar, diameter 1,07 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 52 berbentuk berbenang- benang, elevasi timbul, diameter 0,4 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 terdapat 412 koloni bakteri, berbentuk bundar dengan tepian licin dan bertepian timbul dengan diameter 0,1 Cm dan berwarna putih.



A.    Praktikum ke                   : 4
B.    Judul                                 : Flora Normal Pada Tubuh Manusia
C.   Pendahuluan
1.    Latar belakang
            Di tubuh manusia terdapat mikoorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun seseorang  mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit disalon kecantikan, dijamin tidak ada kulit yang seratus persen bebas dari mikroorganisme atau lebih dikenal dengan sebutan kuman.  Tidak hanya dikulit mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik diluar tubuh maupun dalam tubuh seperti mulut, telinga, hidung maupun dalam usus.  
            Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh tertentu bergantung kepada factor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta beberapa zat penghambat. Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu. Contohnya, Streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang biasa menghuni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak, maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan menimbulkan endokarditis infektif.
            Oleh karena itu melalui laporan ini kami membuktikan bahwa di tubuh kita terdapat berbagai mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang bisa di perbanyak jumlahnya melalui uji coba menggunakan media  NA dan PDA dengan sampel dari permukaan kulit pada tangan, mukosa mulut, kulit kepala, epidermis kelamin, dan sekret vagina.
2. Tujuan          : Untuk mengetahui keberadaan flora normal pada                                                   tubuh manusia
D.   Dasar teori                      
1.    Pengertian Flora Normal
Di dalam tubuh terdapat lebih banyak sel prokariotik (bakteri) dari pada sel manusia. Flora normal ini melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan patogen pada tempat kolonisasi dan menghasilkan substansi antibiotik yang akan menekan organisme yang berkompetisi dengannya. Bakteri anaerob memproduksi produk metabolic toksik dan asam lemak bebas yang dapat menghambat organisme lain. Di saluran genitalia wanita, laktobasilus memproduksi asam laktat yang menurunkan Ph, sehingga mencegah kolonisasi oleh patogen ( G. Stephen & B. Katheleen. 2009).
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota ( Pelczar & chan. 2009: 545).

2.    Asal Mula Flora Normal Pada Tubuh Manusia
Bila seekor hewan dilahirkan dengan pembedahan perut (Caesarian operation), dan dijaga supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba, kemudian dipelihara disuatu lingkungan kuman serta diberi makan hanya makanan yang sudah disterilkan, maka hewan tersebut tidak membentuk mikrobiota. Ini merupakan bukti bahwa sampai waktu dilahirkan, janin tidak mengandung organisme (Pelczar dan Chan, 2009: 546).
Pada keadaan alamiah, janin manusia  mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika lewat di sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik tersebut diperolehnya melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini segera disertai oleh mikroba-mikroba lain dari banyak sumber yang langsung berada disekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berkembangbiak dan menetap. Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiotanya yang asli (Pelczar dan Chan, 2009: 546).
Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungannya yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa (Pelczar dan Chan, 2009: 547).
Walaupun seorang individu mempunyai mikrobiota yang normal, sering terjadi bahwa selama hidupnya terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh keadaan kesehatan umum, nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain (Pelczar dan Chan, 2009: 547).
Faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah sebeagai berikut (Agus. K, 2011).
1.nutrisi
2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.kondisi hidup
4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan
Menurut (Agus. K, 2011) mikro flora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a.    Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
b.          Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.




3.      Penyebaran Flora Normal Pada Organ Tubuh Manusia
a.    Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.

Gambar 1. Epidermis Manusia beserta lapisan lainnya
(Sumber: Pelczar dan Chan, 2009: 548 )
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesiesStaphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (Agus. K, 2011) (Irianto, 2006: 167).
Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus.Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Timbulnya organisme ini dapat diperlihatkan pada gambar 2 yang melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang predominan didalam mikrobiota. Letak bakteri-bakteri ini pada atau di dalam kulit diperlihatkan (Agus. K, 2011) (Irianto, 2006: 167).


Gambar 2. Morfologi Serta Ciri-CirI Utama Spesies Mikrobe Predominan yang   Merupakan Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).

Gambar 3. Morfologi Serta Ciri-CirI Utama Spesies Mikrobe Predominan yang   Merupakan Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).

b.    Hidung dan Nasofaring
Bakteri yang paling sering dan hampir selalu dijumpai di dalam hidung ialah difteroid. Stafilokokus, yaitu Staphylococcus aureus.Umum juga ditemukanStaphylococccus epidermidis. Di dalam bagian kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri  Brauhamella catarrhalis (suatu kokus Gram negative) dan Haemophilus influenza atau suatu batang Gram negatif (Irianto, 2006: 168).
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur (Agus. K, 2011)
c.    Mulut
Kelembapan yang tinggi adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu (Irianto, 2006: 168).
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung berbagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat dan senyawa-senyawa organik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut. Air liur itu sendiri pada umumnya mengandung jasad-jasad renik transien artinya hanya singgah sebentar yang datang dari situs-situs lain rongga mulut, terutama dari permukaan lidah bagian atas (Irianto, 2006: 169).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan mikroorganisme sedemikian sehingga didalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong kedalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces dan Lactobacillus. Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi tersebut dengan ibunya, pengasuhnya dan benda-benda seperti handuk dan botol-botol susunya. Spesies satu-satunya selalu diperoleh dari rongga mulut bahkan sedini hari, kedua setelah lahir ialah Streptococcus salivarius  bakteri ini mempunyai afinitas terhadap jaringan epitel dan karena itu terdapat jumlah besar pada permukaan lidah. Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob dan anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti bakteriodes dan bakteri fusiform (Fusobacterium sp). Menjadi lebih jelas karena jaringan disekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik (Irianto, 2006: 169).
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempel. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai bersaosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis danStreptococcus mutans yang disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusukkan gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakarida bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi kolonisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-bakteri tertentu dan mengikatkan mereka pada permukaan gigi. Baik Streptococcus sanguismaupun Streptococcus mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang disebut dekstran yang bekerja seperti perekat, mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan melekatkan mereka pada permukaan gigi. Tertahannya bakteri dapat juga terjadi karena terperangkapnya secara mekanis didalam cela-cela gusi atau di dalam lubang dan peletakan gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada permukaan gigi disebut plak (plaque). Air liur terus menerus dihasilkan dan ditelan dan oleh sebab itu bekerja sebagai pembersih (Irianto, 2006: 169).
Sekali gigi keluar, maka mikrobiota pada bayi secara umum nampak serupa seperti yang ada pada orang dewasa. Kemudian, karena alasan-alasan yang belum begitu dipahami sekarang ini, tetapi mungkin merupakan akibat perubahan hormonal, spiroket mulut dan Bacteroides melaninogenicusmembentuk koloni dicelah-celah gusi pada masa akhil balig (Irianto, 2006: 170).
Menurut (Sofa, 2008) adanya flora normal dalam saluran cerna akan memberikan keuntungan bagi hospesnya :
-       menghambat pertumbuhan atau menimbulkan resistensi terhadap bakteri pathogen.
-       menghasilkan vitamin B kompleks dan vitamin.
-       konversi pigmen empedu dan asam empedu.
-       absorbsi zat makanan
       Contohnya : B. fragilis, C. perfringens.

d.    Orofaring
Orofaring (bagian faring yang terletak di bawah palatum mole di atas os hiedeus) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus  danStaphylococcus epidermidis  dan juga  difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus α hemolitik, yang juga dinamakan Streptococcus viridans  biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya  Branhamella catarhalis, spesies Haemophilus, serta galur-galur Pneumokokus avirulen Steptococcus pneumoniae (Irianto, 2006: 170).

Gambar 4. Penyebaran Mikrobiota Normal Tubuh Manusia
Sumber: (Irianto, 2006: 171).
e.    Perut
Isi perut yang sehat pada umumnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan disekresinya getah lambung dan pH zat alir perutpun menurun (Irianto, 2006: 171).
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun (Agus. K, 2011).

f.     Usus Kecil
Usus kecil bagian atas usus dua belas jari mengandung beberapa bakteri. Diantara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus Gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, diantara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterekokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicansdapat juga dijumpai pada bagian usus kecil. Pada bagian usus kecil yang jauh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar (Irianto, 2006: 171).

g.    Usus Besar
Didalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja ialah kira-kira 1012 organisme per gram. (Lima puluh atau enam puluh persen dari berat kering bahan tinja dapat terdiri dari bakteri dan mikroorganisme lain). Telah pula dihitung bahwa seorang dewasa mengekskresikan 3 x 1013 bakteri setiap harinya didalam tinja; kebanyakan dari sel-sel tersebut tidak hidup (Irianto, 2006: 171).
Ada kira-kira 300 kali lebih banyak bakteri anaerobik dari pada bakteri anaerobik fakultatif (Seperti Escherichia coli) di dalam usus besar. Basilus Gram negatif anaerobik yang  ada meliputi spesies- spesies Bacteroides (Bacteroides fragilis, Bacteroides melaninogenicus, Bacteroides oralis) dan Fusobacteriu.  Basilus Gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasuk Clostridium perfringens) yang mempunyai kaitan dengan kelemayuh, suatu inveksi jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah) serta spesies-spesies Lactobacillus. Spesies-spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai di dalam usus tergolong dalam genus Escherichia, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Peptostreptokokus (Streptokokus anaerobik) juga umum, Khamir Candida albicans juga dijumpai. Harus juga diperhatikan bahwa pada diare, sebagai akibat pergerakan isi perut yang cepat, maka mikrobiota usus mengalami perubahan yang besar. Perubahan mikrobiota ini juga terjadi pada orang-orang yang menerima pengobatan antibiotik; sayangnya, organisme yang rentan dapat tergantikan oleh yang resisten (Irianto, 2006: 172).

h.    Saluran Kemih Kelamin
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umumnya dijumpai pada uretra ( saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih agaknya disebabkan oleh efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa ialah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan oleh epitelium vagina, dan didalam proses tersebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebabkan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (berhenti haid). Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 – 4,6. Mikroorganisme yang mampu berbiak pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans, dan sejumlah besar bakteri anaerobik (Irianto, 2006: 172)

i.      Mata (Konjungtiva) dan Telinga
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim. Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpaiStreptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureusdan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril (Kamaruddin, 2012).

j.      Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadangkadang karena manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi (Kamaruddin, 2012).

4.    Manfaat Flora Normal
Menurut (Khanzima, 2011) anggota flora normal memiliki peran dalam mempertahankan kesehatan tubuh atau menyebabkan penyakit dengan 3 cara:
1.    Akan menimbulkan penyakit, terutama pasien imunokompromis dan individu yang lemah. Walaupun sebenarnya organism tersebut adalah non pathogen pad lokasi normal, dapat menjadi pathogen diluar lokasi normal.
2.    Akan menyusun mekanisme protektif hospen. Bakteri residen yang non pathogen memerlukan kebutuhan ekologi untuk hidupnya sehingga bakteri pathogen yang akan berproliferasi di suatu lokasi yang dihuni flora normal. Mikroorganisme non residen akan kesulitan bersaing dengan residen. Jika flora normal tertekan, pathogen akan pesat dan menyebabkan sakit.
3.    Kemungkinan mikroorganisme flora normal memiliki peran nutrisional. Bakteri intestinal memproduksi beberapa vitamin B dan vitamin K. individu yang memperoleh terapi antibiotic per-oral akan mengalami defisiensi sebagai akibat dari reduksi flora normal. Hal tersebut masih menjadi kontroversi mengingat  hewan percobaan steril (germ-free animals) tetap sehat, sehingga belum terbukti bahwa flora normal esensial untuk nutrisi.

E.    Pelaksanaan Praktikum
1.    Waktu dan Tempat
§   Waktu : Jum’at, 14 November 2014
§   Tempat : Laboratorium biologi FKIP Universitas Muhammadiyah         Palembang.
2.  Alat dan Bahan
a)  Alat
-       Cawan petri                                            - Sprayer
-       Pinset                                                     - Autoclave
-       Bunsen                                                   - inkubator
-       Rak tabung reaksi                                  - Termometer
-       Cotton bud
b)    Bahan
-       Media NA
-       Media PDA
-       Spiritus
-       Flora normal pada tubuh pada tubuh manusia
-       Alcohol 70%

3.    Cara Kerja
§  Flora normal pada epidermis kulit
1.    Usapkan cotton bud steril ( metode swab) pada epidermis kulit pilih salah satu ( pipi, jari tangan, kulit tangan, kulit alat kelamin pria/ wanita ) secara aseptis.
2.    Cotton bud yang diusap pada kulit adi goreskan pada media agar NA dan PDA secara aseptis.
3.    Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 dalam inkubator.
4.    Setelah inkubasi selam 24- 48 jam amti koloni yang terbentuk.

§  Flora normal pada saliva
1.     Kumpulkan saliva tepat diatas lidah, usap dengan cotton bud steril ( secara aseptis ).
2.     Cotton bud yang sudah diusap tadi usapkan pada edia agar NA secara aseptis.
3.     Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 dalam inkubator.
4.     Setelah inkubasi selama 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

§  Sekret Vagina
1.    Usapkan cotton bud steril pada mulut vagina/ pada labium mayora dan labium minora ( secara aseptis ).
2.    Cotton bud yang sudah diusap tadi usapkan pada edia agar NA secara aseptis.
3.    Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 dalam inkubator.
4.     Setelah inkubasi selama 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

§  Rambut
1.      Ambil sehelai rambut dikepala dengan pinset steril.
2.      Letakkan rambut tersebut secara aseptis pada permukaan medium NA dan PDA secara aseptis.
3.      Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24- 48 jam dalam inkubator dengan 37.
4.      Setelah inkubasi 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

F.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan hasil pengamatan terhadap keberadaan Flora Normal Pada Tubuh Manusia sebagai berikut.
No
Lokasi
No Koloni
Jenis Koloni
Jumlah Koloni
Bentuk
Tepian
Elevasi
Diameter
Warna
1
Saliva
1
1
3
Keriput
Sikat
Timbul
0,575 Cm
Kuning
2
2
10
Bentuk LT
Berambut
Timbul
0,325 cm
Kuning
3
3
22
Bundar dengan tepian timbul
Tak Beraturan
Datar
0,8 cm
Kuning
4
4
6
Bundar
Licin
Cembung
0,35 cm
Kuning
2
Epidermis Kelamin
1
1
223
Bundar
Licin
Timbul
0,1 Cm
Kuning
2
2
11
Keriput
Berambut
Datar
0,67 Cm
Kuning
3
3
1
Tidak Beraturan dan menyebar
Berlekuk
Timbul
0,4 Cm
Kuning
3
Secret Vagina
1
1
2
Bentuk LT
Berambut
Datar
0,82 Cm
Putih
2
2
1
Bundar dengan tepian timbul
Licin
Timbul
0,17 Cm
Putih
3
3
70
Bundar
Licin
Timbul
0,12 Cm
Putih
4
4
216
Berbenang- benang
Berambut
datar
0,3 Cm
Putih
4
Rambut
1
1
11
Bentuk LT
Berlekuk
Datar
1,07 Cm
Putih


2
2
52
Berbenang- benang
Berambut
Timbul
0,4 Cm
Putih


3
3
412
Bundar
Licin
Timbul
0,1 Cm
Putih


2.    Pembahasan
Pada hasil praktikum dapat dilihat bahwa
a.    Pada saliva
Pada saliva terdapat bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4 pada bakteri jenis 1 berjumlah 3 berbentuk keriput, tepian sikat, elevasi timbul, berdeameter 0,575 Cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 2 berjumlah 10, berbentuk LT, tepian berambut dan elevasi timbul dan berdiameter 0,325 cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 3 berjumlah 22 memiliki bentuk bundar dengan tepian menyebar, tepian tak beraturan dan elevasi datar, memiliki diameter 0,8 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 4 berjumlah 6 berbentuk bundar, tepian koloni licin dan elevasinya cembung, berdiameter 0,35 Cm dab berwarna kuning.

b.    Pada epidermis kelamin
Pada epidermis kelamin terdapat oloni bakteri jenis 1, 2, dan 3. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 223 memiliki bentuk bundar, tepian licin dan berelevasi timbul, memiliki diameter 0,1 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 22 berbentuk keriput tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,67 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 1 berbentuk tidak beraturan dan menyebar, tepian berlekuk dan elevasi timbul, berdiameter 0,4 Cm dan berwarna kuning.

c.    Pada secret vagina
Pada secret vagina terdapat koloni bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 2 berbentuk LT, tepian berambut dan berelevasi datar, berdiameter 0,82 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 1 memiliki bentuk bundar dengan tepian timbul, tepian pada koloni licin, elevasi timbul, diameter 0,17 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 70 koloni, berbentuk bundar dengan tepian timbul dan elevasi timbul, berdiameter 0,12 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 4 terdapat 216 koloni berbentuk berbenang- benang, tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,3 Cm dan berwarna putih.



d.    Pada rambut
Pada rambut terdapat jenis koloni 1, 2 dan 3. Pada koloni jenis 1 berjumlah 11 berbentuk LT dengan tepian berbenang- benang, berelevasi datar, diameter 1,07 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 52 berbentuk berbenang- benang, elevasi timbul, diameter 0,4 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 terdapat 412 koloni bakteri, berbentuk bundar dengan tepian licin dan bertepian timbul dengan diameter 0,1 Cm dan berwarna putih.

















KESIMPULAN
1.    Pada saliva terdapat bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4 pada bakteri jenis 1 berjumlah 3 berbentuk keriput, tepian sikat, elevasi timbul, berdeameter 0,575 Cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 2 berjumlah 10, berbentuk LT, tepian berambut dan elevasi timbul dan berdiameter 0,325 cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 3 berjumlah 22 memiliki bentuk bundar dengan tepian menyebar, tepian tak beraturan dan elevasi datar, memiliki diameter 0,8 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 4 berjumlah 6 berbentuk bundar, tepian koloni licin dan elevasinya cembung, berdiameter 0,35 Cm dab berwarna kuning.
2.    Pada epidermis kelamin terdapat oloni bakteri jenis 1, 2, dan 3. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 223 memiliki bentuk bundar, tepian licin dan berelevasi timbul, memiliki diameter 0,1 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 22 berbentuk keriput tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,67 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 1 berbentuk tidak beraturan dan menyebar, tepian berlekuk dan elevasi timbul, berdiameter 0,4 Cm dan berwarna kuning.
3.    Pada secret vagina terdapat koloni bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 2 berbentuk LT, tepian berambut dan berelevasi datar, berdiameter 0,82 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 1 memiliki bentuk bundar dengan tepian timbul, tepian pada koloni licin, elevasi timbul, diameter 0,17 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 70 koloni, berbentuk bundar dengan tepian timbul dan elevasi timbul, berdiameter 0,12 Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 4 terdapat 216 koloni berbentuk berbenang- benang, tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,3 Cm dan berwarna putih.
4.    Pada rambut terdapat jenis koloni 1, 2 dan 3. Pada koloni jenis 1 berjumlah 11 berbentuk LT dengan tepian berbenang- benang, berelevasi datar, diameter 1,07 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 52 berbentuk berbenang- benang, elevasi timbul, diameter 0,4 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 terdapat 412 koloni bakteri, berbentuk bundar dengan tepian licin dan bertepian timbul dengan diameter 0,1 Cm dan berwarna putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar