Senin, 02 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN (Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella disentria )




LAPORAN PRAKTIKUM
“Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella disentria”


Disusun Oleh:
Nama                           : Syahrul Ahyar
Nim                              : 342012136
Kelas/ Semester         : D/ V (Lima)
Mata Kuliah                 : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh        : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si











Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Palembang

2014



ABSTRAK
Syahrul ahyar. 2014. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella disentria dan Pengamatan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Laporan praktikum matakuliah Mikrobiologi Terapan. Dosen Pengasuh Susi Dewiyetti.,S.Si.,M.Si
Kata Kunci: Pengaruh Asam cuka, NaOH, Air Panas, Air Dingin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella Disentriae.
Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Mengetahui pengaruh lingkungan (Ph, Suhu) terhadap pertumbuahan bakteri Shigella Disentriae. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Suspensi bakteri Shigella Disentriae; (2) Air panas yang digunakan mempunyai suhu 71, Air dingin yang digunakan mempunyai suhu 3; (3) Asam cuka yang digunakan memiliki Ph 2, NaOH yang digunakan memiliki Ph 13; (4) Uji coba praktikum dilaksanakan di  Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang; (5) Parameter yang diamati adalah perubahan warna.









A.    Praktikum ke        : 1
B.    Judul praktikum    : Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap  Pertumbuhan                     Bakteri Shigella.d
C.   Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup keselamatannya sanGat tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganismenya. Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekitarnya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas makhluk hidup sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan faktor-faktor kimia.

2.    Tujuan Praktikum       :
Untuk mengetahui pengaruh faktor ingkungan terhadap pertumbuhan bakteri shigella.d   


D.   Dasar Teori
1.    Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik/ mikroskopis  (Anonim, 2008).
Bakteri merupakan makhluk hidup proariotik yang palin seerhana. Bakteri kebanyakan hidup bebas dan terdapat di mana- mana dan memeiliki peran penting dalam kehidupan manusia ( S. Bagod & L. Siti, 2007: 45).
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu;
1.    Organisme multiselluler
2.    Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3.    Umumnya tidak memiliki klorofil
4.    Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5.    Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6.    Hidup bebas atau parasit.
7.     Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8.     Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan (Anonim, 2008).
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah:
1.    Suhu.
2.    Derajat keasaman atau Ph.
3.    Konsentrasi garam.
4.    Sumber nutrisi.
5.    Zat-zat sisa metabolism.
6.     Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya (Anonim, 2008).
2.    Shigella Disentriae
 Shigella sp adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigellla karena gejalaa kinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan shigella sonnei (W. Dewi, 2013).

1)    Klasifikasi
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesie s : S. boydii S. dysenteriae S. flexneri S. sonnei
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
 Serogroup A:· S. dysenteriae (12 serotypes)
 Serogroup B:· S. flexneri (6 serotypes)
 Serogroup C:· S. boydii (23 serotypes)
 Serogroup D:· S. sonnei (1 serotype).
Gambar 1. Shigella disentria (Sumber: Anonim, 2010).

b.    Morfologi
1.    Ciri-ciri Khas Organisme
Shigella adalah kuman batang gram negatif ramping; bentuk kokobasil dan ditemukan pada biakan muda (W. Dewi, 2013).
2.    Biakan
Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggiran utuh yang mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam (W. Dewi, 2013).
3.    Sifat-sifat Pertumbuhan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak (W. Dewi, 2013).
4.    Variasi
Mutan-mutan dengan sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul dari strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K) dihubungkan dengan hilangnya daya invasi (W. Dewi, 2013).

c.    Fisiologi
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 37 kecuali S. sonnei dapat tumbuh pada suhu 45. sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi adonitol tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri, negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada test motilitas. Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut : kecil, halus, tidak berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB, Endo, Mac Conkey. (W, Dewi. 2013).


d.    Daya Tahan
Shigella sp yang kurang tahaan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ % fenol selama 5 jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban yang cukup. Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 55  (W. Dewi, 2013).

e.    Struktur Antigen
Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O shigella adalah lipopolisakharida. Kekhususan serologinya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (W. Dewi, 2013).

f.     Patogenesis dan Patologi
Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan sedangkan invasi ke aliran darah sangat jarang karena habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya. Shigella sangat menular dan membutuhkan dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Pseudomembran ini terdiri atas fibrin, leukosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik dan bakteri. Bila proses mulai membaik, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut (W. Dewi, 2013).

g.     Toksin
-       Endotoksin
Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi pada dinding usus.
-   Eksotoksin (Shigella dysentriae)
S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan sistem saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini dpat menimbulkan diare, sebagaimana halnya enterotoksin (W. Dewi, 2013).


3.    Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisika-kimia, seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor (H. Rikhal, 2011).
Dalam proses pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang cukup serta kondisi lingkungan yang mendukung demi berlangsungnya proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas (H. Rikhal, 2011).
Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal (H. Rikhal, 2011).
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam autoklaf (H. Rikhal, 2011).


a.    Suhu
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman suhu juga dapat mengubah proses-proses metabolik tertentu juga serta morfologi sel (Pelczar dan Chan, 1988: 139).
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya. Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di dalam autoklaf (B. Krisno. Agus, 2012).
Menurut (B. Krisno. Agus, 2012) dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat sebagai berikut;
1.    Berapa tinggi suhu.
2.    Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3.    Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam keadaan basah.
4.    Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5.    Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
Mengenai pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan mahluk-mahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batas-batas suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu minimum dan suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu disebut suhu optimum (B. Krisno. Agus, 2012).
Menurut  (B. Krisno. Agus, 2012) berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri, yaitu:
a.    Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada suhu setinggi 55° sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40°C sampai 80°C. Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55°C.
b.    Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5° dan 60°C, sedang suhu optimumnya ialah antara 25° sampai 40°C, minimum 15°C dan maksimum di sekitar 55°C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada suhu 40°C atau lebih.
c.    Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0° sampai 30°C, sedang suhu optimumnya antara 10° sampai 20°C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
Respon pertumbuhan kelompok-kelompok bakteri ini terhadap berbagai suhu diperlihatkan pada Tabel 1. Kondisi-Kondisi Fisik Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri. Suhu inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam) dikenal sbagai suhu pertumbuhan optimum (Pelczar dan Chan, 1988: 139).

Tabel 1. Kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Kondisi fisik
Tipe bakteri
(kelompok fisiologis)
Kondisi biakan
(inkubasi)
Suhu (kisaran pertumbuhan): minimum dan maksimum: optimumnya pada suatu titik didalam kisaran bergantung spesies
Psikrofil
Mesofil
Termofil
Termofil fakultatif
Termofil obligat
0 – 30oc
25 – 40o C
-
25 – 55o C
45 – 75o C
Persyaratan akan gas
Aerob

Anaerob

Anaerob fakultatif

Mikroaerofil
Hanya tumbuh bila  oksigen bebas
Hanya tumbuh tanpa oksigen bebas
Tumbuh baik walaupun tanpa oksigen bebas
Tumbuh bila ada oksigen bebas dalam jumlah kecil
Keasaman pH
Kebanyakan bakteri berkaitan dengan kehidupan hewan dan tumbuhan beberapa spesies eksotik
Ph optimum 6,5 – 7,5
Cahaya
Fotosintetik (autotrof dan heterotrof)
Sumber cahaya
Salinitas
Halofil (halofil obligat)
Konsentrasi dalam yang tinggi
    Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 141).

b.    Atmosfer Gas
  Menurut Pelczar dan Chan (1988), gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka mudah sekali intuk membagi mereka menjadi empat kelompok yaitu:
§  Aerobik, organisme yang membutuhkan oksigen.
§  Anaerobik, tumbuh tanpa oksigen molecular.
§  Anaerobik Fakultatif, tumbuh  pada keadaan aerobik dan anaerobik. 
§  Mikroaerofilik, tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik.

c.    Kemasaman atau kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sanga asam, atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai Ph minimum dan maksimum adalah antara 4 dan 9 (Pelczar dan Chan, 1988: 141).
     Bila bakteri dikultivasi di dalam satu medium yang mula-mula disesuaikan pH, misalnya 7, maka mungkin sekali ph ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium. Laritan penyangga ialah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH (Pelczar dan Chan, 1988:141).

Tabel 2. pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa                    spesies bakteri.

Bakteri
Kisaran pH untuk pertumbuhan
Batas bawah
Optimum
Batas atas
Thiobacillus thiooxidans
0,5
2,5 - 3,5
6,0
Acetobacter aceti
4,0-4,5
5,4 - 6,3
7,0 – 8,0
Staphylococcus aureus
4,2
7,0 - 7,5
9,3
Azotobacter spp
5,5
7,0 - 7,5
8,5
Chlorobium limicola
6,0
6,8
7,0
Thermus aquaticus
6,0
7,5 - 7,8
9,5
Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 142).

d.    Kondisi lain-lain
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga atau teganan yang dapat terhimpun ketika air berdifusi melaui membran) atau tekanan hidrostastik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin. Hanya tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air garam mengandung 3,5 persen natrium klorida; di danau air asin konsentrasi natrium kloridanya bisa mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya disebut halofil obligat. Mereka tidak akan tumbuh kecuali konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh dalam larutan natrium kloride  tetapi tidak mensyaratannya disebut halofil fakultatif. Mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri dari parit-parit terdalam di lautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton permeter persegi (Pelczar dan Chan, 1988:144).

E.    Pelaksanaan Praktikum
1.    Waktu dan Tempat
1)    Waktu        :
2)    Tempat      : Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah                                Palembang

2.    Alat dan Bahan
a.    Alat :
-       Cawan petri                                         - incubator
-       Termometer                                        - Autoclave                             
-       Penggaris                                             - Kertas label
-       Beaker glass                                         - Tabung reaksi
-       Pinset                                                    -  Bunsen
-       Rak tabung reaksi                                - Jarum ose
-       Sprayer                                              

b.    Bahan :
-       Biakan bakteri Shigella d                      - NaOH
-       Kapas                                                   - Es batu
-       Spiritus                                                  - Kertas pH
-       Tissue                                                   - Kertas label
-       Alcohol 70 %                                        - Akuades steril
-       Asam cuka                                           - KOH
-       Air panas

F.    Cara kerja
1)    Pelakuan Ph (Asam cuka dan KOH/ NaOH)
a.    Ukurlah terlebih dahulu pH akuades steril, asam cuka dan KOH/ NaOH.
b.    Siapkan 3 (tiga) tabung reaksi, masing- masing tabung reaksi dimasukkan 10 ml asam cuka,KOH/ NaOH dan akuades steril.
c.    Pada tabung reksi yang telah berisi asam cuka, KOH/ NaOH dan akuades steril dimasukan 2 (dua) tetes bakteri S. Disentria secara aseptis.
d.    Sumbat mulut tabung dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
e.    Inkubasi selama 24- 48 jam pada suhu 37 dalam inkubator.
f.     Setelah masa inkubasi selesai, amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi ( warna: keruh atau jernih, terbentuk gelembung atau tidak )

2)    perlakuan suhu
a.    siapkan 2 (dua) buah tabung reaksi, masukkan pecahan es batu sapai setengah panjang tabung reaksi dan 10 ml air panas kedalam masing- masing tabung reaksi secara aseptis.
b.    Ukur suhu kedua tabung reaksi yang berisikan es batu dan air panas.
c.    Pada tabung reaksi yang telah berisi es batu dan air panas masukkan 2 (dua) tetes bakteri S. disentria
d.    Sumbat mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
e.    Inkubasi selama 24- 48 jam pada suhu 37 dalam inkubator.
f.     Setelah masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi ( warna: keruh atau jernih, terbentuk gelembung atau tidak )

G.   Hasil dan Pembahasan
1.    Hasil Praktikum
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Faktor ph dan Suhu Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri S. Disentria
No
Bahan
pH
Suhu
1
KOH
13
-
2
NaOH
2
-
3
Air panas
-
71
4
Air dingin
-
3



Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Pada Bakteri yang Telah Diinkubasi
No
Bahan
Warna
1
KOH + Bakteri S. Disentria
 JERNIH
2
NaOH + Bakteri S. Disentria
JERNIH
3
Air panas + Bakteri S. Disentria
JERNIH
4
Air dingin + Bakteri S. Disentria 
KERUH


Daftar Pusataka
Saputra,Rickal. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perumbuhan Mikroba.  http://rickhalsaputra.blogspot.com/2011/12/pengaruh-lingkungan-terhadap.html diakses pada 4 Desember 2014.
Wulandari, Dewi. 2013. Mengenal Lebih Dekat Shigella.sp.
Anonim.2008., Bakteri – Ciri ciri, Struktur, Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaatnya.

Ali,Iqbal. 2013, Suhu dan Pertumbuhan Bakteri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar