LAPORAN
PRAKTIKUM
“Pengaruh
Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella disentria”
Disusun
Oleh:
Nama :
Syahrul Ahyar
Nim :
342012136
Kelas/ Semester : D/ V (Lima)
Mata Kuliah : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas
Muhammadiyah Palembang
2014
ABSTRAK
Syahrul ahyar. 2014. Pengaruh Faktor
Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella
disentria dan Pengamatan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguran dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Laporan praktikum matakuliah Mikrobiologi
Terapan. Dosen Pengasuh Susi Dewiyetti.,S.Si.,M.Si
Kata
Kunci: Pengaruh Asam cuka, NaOH, Air Panas, Air Dingin
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella Disentriae.
Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1)
Mengetahui pengaruh lingkungan (Ph, Suhu) terhadap pertumbuahan bakteri
Shigella Disentriae. Ruang lingkup dan batasan masalah: (1) Suspensi bakteri
Shigella Disentriae; (2) Air panas yang digunakan mempunyai suhu 71℃, Air dingin yang digunakan mempunyai suhu 3℃; (3) Asam cuka yang digunakan memiliki Ph 2,
NaOH yang digunakan memiliki Ph 13; (4) Uji coba praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang; (5) Parameter yang
diamati adalah perubahan warna.
A. Praktikum
ke : 1
B.
Judul praktikum :
Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Shigella.d
C. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Setiap makhluk hidup keselamatannya sanGat
tergantung kepada lingkungan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganismenya.
Makhluk-makhluk halus seperti ini tidak dapat menguasai factor-faktor luar
sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekitarnya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri
adalah dengan menyesuaikan diri atau adaptasi kepada faktor-faktor luar.
Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan
tetapi dapat pula perubahan ini bersifat permanent. Kehidupan bakteri tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi
faktor lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam
media tempat ia tumbuh.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi
atas faktor biotik dan abiotik, dimana faktor biotic terdiri atas makhluk hidup
sedangkan faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam dan faktor-faktor
kimia.
2.
Tujuan Praktikum :
Untuk
mengetahui pengaruh faktor ingkungan terhadap pertumbuhan bakteri shigella.d
D. Dasar
Teori
1.
Bakteri
Bakteri merupakan organisme
yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup
yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga
lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik/ mikroskopis (Anonim, 2008).
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik/ mikroskopis (Anonim, 2008).
Bakteri merupakan makhluk
hidup proariotik yang palin seerhana. Bakteri kebanyakan hidup bebas dan
terdapat di mana- mana dan memeiliki peran penting dalam kehidupan manusia ( S.
Bagod & L. Siti, 2007: 45).
Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu;
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak
memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki
klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh
yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran
rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh
yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit.
7. Yang hidup di
lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya
tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan
dinding selnya mengandung peptidoglikan
(Anonim, 2008).
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah:
1.
Suhu.
2.
Derajat
keasaman atau Ph.
3.
Konsentrasi
garam.
4.
Sumber
nutrisi.
5.
Zat-zat sisa
metabolism.
6.
Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut
spesies bakterinya (Anonim, 2008).
2.
Shigella Disentriae
Shigella
sp adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena
sifat genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri
yaitu genus shigellla karena gejalaa kinik yang disebabkannya bersifat khas.
Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella
dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan shigella
sonnei (W. Dewi, 2013).
1) Klasifikasi
Kingdom
: Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesie s : S. boydii ; S.
dysenteriae ; S. flexneri ; S. sonnei
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat
serogroup:
Serogroup A:· S. dysenteriae (12
serotypes)
Serogroup B:· S. flexneri (6 serotypes)
Serogroup C:· S. boydii (23 serotypes)
Serogroup D:· S. sonnei (1 serotype).
Gambar 1. Shigella disentria (Sumber: Anonim,
2010).
b. Morfologi
1.
Ciri-ciri Khas Organisme
Shigella adalah kuman batang gram negatif
ramping; bentuk kokobasil dan ditemukan pada biakan muda (W. Dewi, 2013).
2.
Biakan
Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi
paling baik tumbuh secara aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan
pinggiran utuh yang mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam (W. Dewi, 2013).
3.
Sifat-sifat Pertumbuhan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini
tidak meragi laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya
untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan
diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang
menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi menjadi bakteri yang meragikan
manitol dan yang tidak (W. Dewi,
2013).
4.
Variasi
Mutan-mutan dengan sifat-sifat biokimia,
antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul dari strain induk. Variasi dari
bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K) dihubungkan dengan hilangnya daya
invasi (W. Dewi, 2013).
c.
Fisiologi
Sifat
pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu
pertumbuhan optimum 37℃
kecuali S. sonnei dapat tumbuh pada suhu 45℃ . sifat biokimia yang khas adalah negative
pada reaksi adonitol tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak
membentuk H2S kecuali S.flexneri, negative terhadap sitrat, DNase,
lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa secara lambat, manitol,
xylosa dan negative pada test motilitas. Sifat koloni kuman adalah sebagai
berikut : kecil, halus, tidak berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB,
Endo, Mac Conkey. (W, Dewi. 2013).
d.
Daya Tahan
Shigella
sp yang kurang tahaan terhadap
agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ % fenol selama 5
jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut
selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban yang cukup.
Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat pertumbuhan strain tertentu.
Kuman akan mati pada suhu 55
(W.
Dewi, 2013).
e.
Struktur Antigen
Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak
tumpang tindih dalam sifat serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kuman
ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen
somatic O shigella adalah lipopolisakharida. Kekhususan serologinya tergantung
pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella
didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (W. Dewi, 2013).
f.
Patogenesis dan Patologi
Infeksi
Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan sedangkan invasi ke
aliran darah sangat jarang karena habitat alamiah Shigella terbatas pada
saluran pencernaan manusia dan primata lainnya. Shigella sangat menular dan
membutuhkan dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses
patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding
usus besar dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa,
ulserasi superfisial, perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah
ulkus. Pseudomembran ini terdiri atas fibrin, leukosit, sisa sel, selaput
mukosa yang nekrotik dan bakteri. Bila proses mulai membaik, jaringan granulasi
mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut (W. Dewi, 2013).
g.
Toksin
- Endotoksin
Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella
mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah
iritasi pada dinding usus.
- Eksotoksin (Shigella dysentriae)
S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin
tidak tahan panas yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan sistem saraf
pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang
produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat
ini dpat menimbulkan diare, sebagaimana halnya enterotoksin (W. Dewi, 2013).
3.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroba
Setiap spesies mikroba memiliki aktivitas
yang berbeda-beda dalam melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba diartikan
sebagai pembelahan sel atau semakin banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba
akan semakin cepat pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang
disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari
faktor fisika-kimia, seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi
media, sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor
(H. Rikhal, 2011).
Dalam proses pertumbuhannya setiap makhluk
hidup membutuhkan nutrisi yang cukup serta kondisi lingkungan yang mendukung
demi berlangsungnya proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan.
Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis
lainnya pada daerah yang terbatas (H. Rikhal, 2011).
Pada umumnya batas daerah tempetur bagi
kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing
-masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan maksimum.
Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana
kegiatan mikroba masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling
sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada
tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal (H. Rikhal, 2011).
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak
sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan
beberapa menit didalam medium pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang
membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup
setelah dipanasi dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu,
proses sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan
selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam autoklaf
(H. Rikhal, 2011).
a. Suhu
Karena semua proses pertumbuhan bergantung
pada reaksi kimiawi dan karena laju reksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu,
maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga
dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme.
Keragaman suhu juga dapat mengubah proses-proses metabolik tertentu juga serta
morfologi sel (Pelczar dan Chan, 1988: 139).
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu
tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam
suhu minimum, optimum dan maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu
pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan
termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian
termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)-
nya. Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada
spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan
medium pada suhu 60°C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus
Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C
atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya
untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah
pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di dalam
autoklaf (B. Krisno. Agus, 2012).
Menurut (B. Krisno. Agus, 2012) dalam cara
menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat
sebagai berikut;
1. Berapa
tinggi suhu.
2. Berapa
lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah
pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam
keadaan basah.
4. Beberapa
pH dari medium tempat bakteri itu di panasi.
5. Sifat-sifat
lain dari medium tempat bakteri itu di panasi.
Mengenai
pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan
mahluk-mahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batas-batas
suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu minimum dan suhu maksimum, sedang
suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu disebut suhu optimum (B.
Krisno. Agus, 2012).
Menurut (B. Krisno. Agus, 2012) berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri,
yaitu:
a. Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri
yang tumbuh dengan baik sekali pada suhu setinggi 55° sampai 65°C, meskipun
bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi
daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40°C sampai 80°C. Golongan ini terutama
terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bersuhu lebih
tinggi dari 55°C.
b.
Bakteri
mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5° dan 60°C,
sedang suhu optimumnya ialah antara 25° sampai 40°C, minimum 15°C dan maksimum
di sekitar 55°C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga
yang dapat hidup dengan baik pada suhu 40°C atau lebih.
c.
Bakteri
psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0° sampai
30°C, sedang suhu optimumnya antara 10° sampai 20°C. Kebanyakan dari golongan
ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
Respon pertumbuhan kelompok-kelompok bakteri
ini terhadap berbagai suhu diperlihatkan pada Tabel 1. Kondisi-Kondisi Fisik
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri. Suhu inkubasi yang memungkinkan
pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam)
dikenal sbagai suhu pertumbuhan optimum (Pelczar dan Chan, 1988: 139).
Tabel 1. Kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri
Kondisi
fisik
|
Tipe
bakteri
(kelompok
fisiologis)
|
Kondisi
biakan
(inkubasi)
|
Suhu
(kisaran pertumbuhan): minimum dan maksimum: optimumnya pada suatu titik
didalam kisaran bergantung spesies
|
Psikrofil
Mesofil
Termofil
Termofil
fakultatif
Termofil
obligat
|
0
– 30oc
25
– 40o C
-
25
– 55o C
45
– 75o C
|
Persyaratan
akan gas
|
Aerob
Anaerob
Anaerob
fakultatif
Mikroaerofil
|
Hanya
tumbuh bila oksigen bebas
Hanya
tumbuh tanpa oksigen bebas
Tumbuh
baik walaupun tanpa oksigen bebas
Tumbuh
bila ada oksigen bebas dalam jumlah kecil
|
Keasaman
pH
|
Kebanyakan
bakteri berkaitan dengan kehidupan hewan dan tumbuhan beberapa spesies
eksotik
|
Ph
optimum 6,5 – 7,5
|
Cahaya
|
Fotosintetik
(autotrof dan heterotrof)
|
Sumber
cahaya
|
Salinitas
|
Halofil
(halofil obligat)
|
Konsentrasi
dalam yang tinggi
|
Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 141).
b.
Atmosfer
Gas
Menurut
Pelczar dan Chan (1988), gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas
dalam hal respons terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka mudah sekali
intuk membagi mereka menjadi empat kelompok yaitu:
§
Aerobik,
organisme yang membutuhkan oksigen.
§
Anaerobik,
tumbuh tanpa oksigen molecular.
§
Anaerobik
Fakultatif, tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik.
§
Mikroaerofilik,
tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik.
c.
Kemasaman
atau kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan
bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam
keadaan sanga asam, atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai Ph
minimum dan maksimum adalah antara 4 dan 9 (Pelczar dan Chan, 1988: 141).
Bila bakteri dikultivasi
di dalam satu medium yang mula-mula disesuaikan pH, misalnya 7, maka mungkin
sekali ph ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa
yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar
sehingga menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. pergeseran pH dapat
dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium. Laritan penyangga
ialah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH (Pelczar
dan Chan, 1988:141).
Tabel
2. pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies bakteri.
Bakteri
|
Kisaran
pH untuk pertumbuhan
|
||
Batas
bawah
|
Optimum
|
Batas
atas
|
|
Thiobacillus
thiooxidans
|
0,5
|
2,5
- 3,5
|
6,0
|
Acetobacter
aceti
|
4,0-4,5
|
5,4
- 6,3
|
7,0
– 8,0
|
Staphylococcus
aureus
|
4,2
|
7,0
- 7,5
|
9,3
|
Azotobacter
spp
|
5,5
|
7,0
- 7,5
|
8,5
|
Chlorobium
limicola
|
6,0
|
6,8
|
7,0
|
Thermus
aquaticus
|
6,0
|
7,5
- 7,8
|
9,5
|
Sumber : (Pelczar dan Chan, 1988: 142).
d. Kondisi lain-lain
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah
faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan
kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa kelompok
bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, fotoautotrofik (fotosintetik)
harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya.
Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga
atau teganan yang dapat terhimpun ketika air berdifusi melaui membran)
atau tekanan hidrostastik (tegangan zat alir). Bakteri
tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di air
asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin.
Hanya tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air garam
mengandung 3,5 persen natrium klorida; di danau air asin konsentrasi natrium
kloridanya bisa mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk
pertumbuhannya disebut halofil obligat. Mereka tidak akan tumbuh
kecuali konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh dalam larutan natrium
kloride tetapi tidak mensyaratannya disebut halofil fakultatif.
Mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini
menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri
dari parit-parit terdalam di lautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran
ton permeter persegi (Pelczar dan Chan, 1988:144).
E. Pelaksanaan
Praktikum
1.
Waktu dan Tempat
1) Waktu
:
2) Tempat
: Laboratorium Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Palembang
2.
Alat dan Bahan
a. Alat
:
- Cawan
petri
- incubator
- Termometer -
Autoclave
- Penggaris - Kertas label
-
Beaker glass -
Tabung reaksi
-
Pinset - Bunsen
-
Rak tabung reaksi - Jarum ose
- Sprayer
b. Bahan
:
-
Biakan bakteri Shigella d - NaOH
-
Kapas -
Es batu
-
Spiritus -
Kertas pH
-
Tissue -
Kertas label
-
Alcohol 70 % -
Akuades steril
-
Asam cuka -
KOH
- Air
panas
F. Cara
kerja
1)
Pelakuan Ph (Asam cuka dan KOH/ NaOH)
a. Ukurlah
terlebih dahulu pH akuades steril, asam cuka dan KOH/ NaOH.
b. Siapkan
3 (tiga) tabung reaksi, masing- masing tabung reaksi dimasukkan 10 ml asam
cuka,KOH/ NaOH dan akuades steril.
c. Pada
tabung reksi yang telah berisi asam cuka, KOH/ NaOH dan akuades steril
dimasukan 2 (dua) tetes bakteri S. Disentria secara aseptis.
d. Sumbat
mulut tabung dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
e. Inkubasi
selama 24- 48 jam pada suhu 37℃
dalam inkubator.
f. Setelah
masa inkubasi selesai, amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi ( warna:
keruh atau jernih, terbentuk gelembung atau tidak )
2)
perlakuan suhu
a. siapkan
2 (dua) buah tabung reaksi, masukkan pecahan es batu sapai setengah panjang
tabung reaksi dan 10 ml air panas kedalam masing- masing tabung reaksi secara
aseptis.
b. Ukur
suhu kedua tabung reaksi yang berisikan es batu dan air panas.
c. Pada
tabung reaksi yang telah berisi es batu dan air panas masukkan 2 (dua) tetes
bakteri S. disentria
d. Sumbat
mulut tabung reaksi dengan kapas kemudian bungkus dengan kertas putih.
e. Inkubasi
selama 24- 48 jam pada suhu 37℃
dalam inkubator.
f. Setelah
masa inkubasi amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi ( warna: keruh
atau jernih, terbentuk gelembung atau tidak )
G. Hasil
dan Pembahasan
1.
Hasil Praktikum
Tabel
1.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Faktor ph dan Suhu Lingkungan Terhadap
Pertumbuhan Bakteri S. Disentria
No
|
Bahan
|
pH
|
Suhu
|
1
|
KOH
|
13
|
-
|
2
|
NaOH
|
2
|
-
|
3
|
Air
panas
|
-
|
71℃
|
4
|
Air
dingin
|
-
|
3℃
|
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Pada Bakteri yang
Telah Diinkubasi
No
|
Bahan
|
Warna
|
1
|
KOH
+ Bakteri S. Disentria
|
JERNIH
|
2
|
NaOH
+ Bakteri S. Disentria
|
JERNIH
|
3
|
Air
panas + Bakteri S. Disentria
|
JERNIH
|
4
|
Air
dingin + Bakteri S. Disentria
|
KERUH
|
Daftar
Pusataka
Saputra,Rickal.
2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perumbuhan Mikroba. http://rickhalsaputra.blogspot.com/2011/12/pengaruh-lingkungan-terhadap.html
diakses pada 4 Desember 2014.
Wulandari, Dewi. 2013. Mengenal Lebih Dekat
Shigella.sp.
http://lovesgreen.blogspot.com/2013/06/mengenal-lebih-dekat-shigella-sp.html.
Diakses pada 22 November 2014.
Anonim.2008., Bakteri – Ciri ciri, Struktur,
Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaatnya.
http://gurungeblog.com/2008/11/17/bakteri-ciri-ciri-struktur-perkembangbiakan-bentuk-dan-manfaatnya/.
Diakses pada 21 November 2014.
Ali,Iqbal. 2013, Suhu dan Pertumbuhan
Bakteri.
http://www.iqbalali.com/2013/02/suhu-dan-pertumbuhan-bakteri.html.
Diakses Pada 21 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar