“MAKALAH
ORGANOGENESIS”
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Hewan
Disusun oleh :
Syahrul ahyar (342012136)
Kelas/semester : D/V
Dosen Pengasuh : Dra.Hj.Aseptianova,.M.Pd
Universitas Muhammadiyah Palembang
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Biologi
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
syukur kehadirat Allah swt,yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengaan baik dan tanpa halangan
dan rintangan, selanjutnya shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman modern seperti sekarang ini.
Makalah
yang berjudul Organogenesis ini
disusun dengan maksud membantu mahasiswa dalam melengkapi khazanah mata kuliah
Perkembangan Hewan. Dalam penyususnan makalah ini kami mendapatkan kontribusi
dari berbagai piahak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih terutama
kepada Dosen pengasuh mata kuliah Perkembangan Hewan Ibu Dra.Hj.
Aseptianova.,M.Pd yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari makalah ini belum sempurna,yang mungkin terdapat banyak kekurangan
baik dalam hal penulisan dan,bahasa yang kurang tepat.oleh karena itu kepada
para pembaca dan pakar,kami mengharapkan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat.
Palembang,
18 November 2013
Penuli
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Organogenesis adalah suatu proses
pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan germinal embrio
yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung
yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda
namun berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap
pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi
ciri suatu individu(Anonim, 2011).
Lapisan-lapisan tersebut berkembang
menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing pada saat dewasa.
Misalnya lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor
(jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon),
alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi
seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan,
kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu
pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh
pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Lapisan Endoderm akan
berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding
tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya :
Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam
pembentukan kelopak mata .
I.2 Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini meliputi :
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan organogenesis
2. Mengetahui
tahapan organogenesis
3. Mengetahui
turunan derivat dari mesoderm
4. Mengetahui
turunan derivat dari endoderm
5. Mengetahui
turunan derivat dari ectoderm
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ORGANOGENESIS
Organogenesis adalah proses
pembentukan organ-organ tubuh eksternal dan internal embrio, yang berasal dari
lapisan-lapisan lembaga ektoderm, mesoderm dan endoderm. Organogenesis
merupakan tahapan perkembangan embrio yang paling sensitif dan memerlukan waktu
paling lama. Suatu organ dikatakan turunan/ derivat dari suatu lapisan lembaga,
bukan berarti seluruh bagian organ itu terbentuk dari lapisan lembaga tersebut,
tetapi karena bagian yang terbentuk pertama kali dari organ itu dibentuk pada
lapisan lembaga tersebut. Misalnya: usus dikatakan sebagai turunan endoderm,
karena bagian dari usus yang pertama kali terbentuk, yaitu epitelnya, terbentuk
pada lapisan/ bumbung endoderm. Jaringan lain penyusun usus berasal dari
mesoderm atau mesenkim.
a.
Pertumbuhan
antara (transisi): embrio bentuk
primitif mengalami transformasi dan diferensiasi → bentuk definitif (mempunyai ciri spesifik spesies)
b.
Pertumbuhan
akhir: embrio bentuk definitif
mengalami penyelesaian secara halus → embrio dengan ciri individu.
Pada embrio manusia organogenesis kebanyakan organ (kecuali
yang termasuk sistem saraf, sistem reproduksi, gigi dan langit-langit) telah
selesai pada akhir minggu ke-8 kehamilan, dan mulai minggu ke-9 kehamilan
embrio disebut fetus.
Perubahan pada embrio vertebrata selama organogenesis:
a. pemanjangan tubuh
a. pemanjangan tubuh
b.
pembentukan ekor
c.
pembagian tubuh menjadi bagian kepala dan badan.
d. perkembangan anggota badan
e. pemisahan embrio dari bagian ekstra embrio
(pada amniota)
f.
Organogenesis melibatkan peristiwa induksi
embrionik.
Induksi embrionik
peristiwa berinteraksinya dua macam jaringan
pada embrio yang menyebabkan berdiferensasinya jaringan yang mendapat
rangsangan menjadi suatu struktur yang
baru. jaringan yang memberi rangsangan pada jaringan lain untuk bereaksi dan
berdiferensiasi disebut jaringan inductor
jaringan yang tanggap terhadap rangsangan induktor disebut jaringan kompeten.
jaringan yang tanggap terhadap rangsangan induktor disebut jaringan kompeten.
Induksi primer
Contoh:
korda mesoderm ==>
ektoderm
endoderm ==> epiblas
keping neural
mesoderm
Induksi
sekunder
induksi
yang terjadi dimana jaringan induktornya merupakan struktur yang dihasilkan
dari induksi sebelumnya.
Contoh: vesikula optik » ektoderm rombensefalon » ektoderm
plakoda lensa vesikula otik
- Zat induktor yang dikeluarkan oleh jaringan induktor untuk merangsang jaringan kompeten adalah suatu substansi kimia berupa protein atau ribonukleoprotein.
Turunan lapisan-lapisan lembaga dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Asal dan turunan lapisan-lapisan lembaga ektoderm, mesoderm dan endoderm pada embrio manusia (Sumber: Moore, 1989). Catatan: mesoderm paraxial = mesoderm dorsal (epimer, somit); mesoderm intermediate = mesomer; mesoderm lateral = hipomer.
B. TURUNAN EKTODERM
1.
Pembentukan sistem saraf pusat
Bumbung neural akan berkembang menjadi sistem saraf pusat,
yaitu otak dan sumsum tulang belakang.
Bagian bumbung neural yang tersisa akan menjadi medula spinalis.
2. Pembentukan mata
Pembentukan
mata embrio manusia terjadi pada usia kehamilan 6 minggu. Prosensefalon bakal
diensefalon berevaginasi ke arah lateral membentuk vesikula optic. Vesikula optik menginduksi ektoderm epidermis di
hadapannya untuk membentuk penebalan/ plakoda
lensa . Plakoda lensa berinvaginasi menjadi vesikula lensa, lalu menginduksi balik vesikula optik → vesikula
optik berinvaginasi menjadi cawan optik
. Cawan optik berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu sebelah luar: lapisan
berpigmen → menjadi retina berpigmen;
dan sebelah dalam: lapisan sensoris → menjadi retina sensoris
Bagian pangkal cawan optik menyempit, disebut tangkai optik dan berhubungan dengan diensefalon. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensoris bertemu pada bagian dasar mata sepanjang tangkai optik dan menjadi saraf optik. Vesikula lensa melepaskan diri dari ektoderm epidermis → menjadi lensa. Lensa akan berdiferensiasi menjadi transparan, berkaitan dengan perubahan struktur sel dan sintesis protein spesifik yang disebut kristalin. Lensa menginduksi ektoderm epidermis yang menutupinya → menjadi kornea. Kornea akan menjadi jernih, karena pigmen pada sel-selnya menjdi hilang. Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina sensoris akan berkembang menjadi iris. Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang berakumulasi mengelilingi bola mata. Ektoderm epidermis di depan kornea akan menjadi kelopak mata. Kematian sel-sel di tengah-tengah bagian tersebut menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas dan bawah.
Bagian pangkal cawan optik menyempit, disebut tangkai optik dan berhubungan dengan diensefalon. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensoris bertemu pada bagian dasar mata sepanjang tangkai optik dan menjadi saraf optik. Vesikula lensa melepaskan diri dari ektoderm epidermis → menjadi lensa. Lensa akan berdiferensiasi menjadi transparan, berkaitan dengan perubahan struktur sel dan sintesis protein spesifik yang disebut kristalin. Lensa menginduksi ektoderm epidermis yang menutupinya → menjadi kornea. Kornea akan menjadi jernih, karena pigmen pada sel-selnya menjdi hilang. Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina sensoris akan berkembang menjadi iris. Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang berakumulasi mengelilingi bola mata. Ektoderm epidermis di depan kornea akan menjadi kelopak mata. Kematian sel-sel di tengah-tengah bagian tersebut menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas dan bawah.
Gambar 2.
Gambar 3. Irisan horizontal daerah mata embrio manusia
Gambar 4.
Irisan vertikal mata embrio manusia yang
sedang berkembang. A. tahap awal; B. tahap lanjut. Ch= koroid; N. ret.= retina
sensoris; Pig. ret = retina berpigmen; S.c. = sklera. (Sumber: Majumdar, 1985)
3. Pembentukan kulit
Contoh: pada embrio manusia
a.
Sampai
umur 1 bulan, embrio manusia hanya memiliki penutup tubuh berupas elapis sel
ektoderm berbentuk kubus.
b.
Sel-sel
ektoderm membelah secara mitosis membentuk 2 lapisan, yaitu periderm (sebelah
atas) dan ektoderm (sebelah bawah). Periderm hilang sebelum bayi lahir.
c.
Pada
akhir bulan ke-2 sel-sel ektoderm berproliferasi membentuk 2-3 lapis sel yang
disebut stratum germinativum (stratum basale).
d.
Stratum berikutnya terbentuk di atasnya, yaitu
stratum spinosum.
e.
Berikutnya terbentuk stratum granulosum
yang terdiri dari 3-5 lapis sel; sel-selnya memiliki granula keratohialin.
f.
Berikutnya terbentuk stratum lusidum (pada
kulit tak berambut/ kulit tebal) berupa selapis tipis sel.
g.
Selanjutnya terbentuk stratum korneum yang
merupakan lapisan epidermis teratas. Sel-sel mati dari startum korneum secara
kontinyu dilepaskan dari permukaan kulit, digantikan oleh sel-sel lusidum.
Sel-sel lusidum digantikan oleh sel-sel dari lapisan granulosum, dan
seterusnya. Hal ini dapat terjadi karena sel-sel pada stratum germinativum
selalu aktif berproliferasi.
h.
Dermis kulit dibentuk oleh sel-sel mesenkim
yang berasal dari mesoderm somatik hipomer atau dari dermatom epimer. Sel-sel
mesenkim membentuk jaringan ikat, pembuluh darah, serta otot polos penegak
rambut (pada kulit berambut). Saraf dan ujung-ujung saraf yang terdapat di
dermis merupakan cabang dari saraf-saraf yang memasuki kulit.
Gambar 5. Perkembangan kulit manusia. A. Tahap mesenkimal awal; B.
pembentukan ektoderm, periderm dan dermis; C. Pembentukan epidermis; D.
penambahan lapisan sel-sel epidermal; E. Struktur histologi kulit dewasa,
kelenjar-kelenjar tidak diperlihatkan. (Sumber: Majumdar, 1985)
C.
TURUNAN
ENDODERM
1. Pembentukan saluran pencernaan
Saluran pencernaan primitif terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore gut), usus tengah (mid gut), dan usus
belakang (hind gut).
a.
Usus
depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian
anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik.
Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum.
Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum.
b.
Usus
tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang.
Usus tengah akan menjadi yeyunum, ileum dan kolon
Usus tengah akan menjadi yeyunum, ileum dan kolon
c.
Usus
belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian
posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik.
Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus – dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus – dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Gambar 6. Turunan-turunan endoderm. Diagram tabung usus (metenteron, gut) beserta tonjolan-tonjolannya. (Sumber: Oppenheimer, 1980)
1. Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus
depan. Invaginasi ektoderm (= lekuk stomodeum) yang diikuti dengan
evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping
oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang mulut.
2. Pembentukan anus
Anus terbentuk pada bagian posterior
usus belakang. Invaginasi ektoderm (= lekuk proktodeum) yang diikuti
dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya keping
anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang
anus.
3. Pembentukan hati
Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai
evaginasi ke arah ventaral dari endoderm di antara bakal lambung dan duodenum.
Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Tunas
hati kemudian bercabang-cabang membentuk hati, percabangan bagian distal
membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal membentuk sel-sel duktus
hepatikus.
- Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm
- Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik.
- Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu.
- Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm
- Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik.
- Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu.
Gambar 7.
Perkembangan hati dan pankreas manusia. A. Stadium sangat
awal. B. Stadium lanjut. C. Posisi kantung empedu dan duktus pankreas, dan fusi
kedua bagian pankreas menjadi pankreas tunggal. (Sumber: Majumdar, 1985)
3. Pembentukan pancreas
Pankreas tunggal berasal dari dua buah
tonjolan endoderm di dekat tunas hati (1 diventral dan 1 di dorsal). Kedua
tonjolan tersebut kemudian bercabang-cabang dan berfusi membentuk pankreas
tunggal.
a.
Sel-sel
pankreas sekretori (asini pankreas) dan sel-sel duktus pankreatik dibentuk dari
sel-sell endodermal
b.
Pulau-pulau
Langerhans dibentuk dari sel-sell endodermal. Pada awal perkembangannya,
kelompok sel-sel endodermal ini menjadi terpisah dan terperangkap dalam
mesoderm di antara asini pankreas. Kelompok-kelompok tersebut termodifikasi
menjadi sel-sel pulau Langerhans. Di dalam pankreas manusia dewasa terdapat
200.000 sampai 1.800.000 pulau Langerhans.
Gambar 8. Pembentukan asini pankreas dan sebuah pulau Langerhans. A. Tahap awal; B. Tahap lanjut. (Sumber: Majumdar, 1985)
4. Pembentukan trakea dan paru-paru
a. Pembentukan trakea dan paru-paru
berkaitan dengan saluran pencernaan.
b. Pada usus depan di perbatasan faring
dan esofagus terjadi evaginasi endoderm ke arah ventral membentuk lekuk laringotrakea.
c. Lekuk laringotrakea memanjang,
kemudian memisahkan diri dari usus depan dan akan tumbuh ke arah posterior
sebagai trakea yang terletak di sisi ventral esofagus. Endoderm yang berasal
dari usus depan membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim disekitarnya.
d. Sementara memanjang, kedua ujung
trakea menggelembung → menjadi tunas paru-paru.
e. Mesoderm akan menginduksi tunas
paru-paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan bronkiolus.
Di akhir percabangan, epitel akan menipis dan terbentuklah alveolus.
f. Epitel bronkus sampai dengan alveolus
terbentuk dari endoderm, demikian pula dengan kelenjar-kelenjarnya; sedangkan
jaringan ikat dan otot pada paru-paru terbentuk dari mesenkim. Pleura yang
membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.
Gambar 9. Perkembangan sistem respirasi manusia. A, tahap tunas paru-paru pada embrio 4 minggu; B, tahap lanjut; C, paru-paru kecil yang terbentuk melalui percabangan yang berulang-ulang dari bumbung endoderm untuk membentuk cabang-cabang bronkial dan alveoli, pada embrio 7 minggu. D, sekelompok alveoli dari paru-paru dewasa. E, dinding alveolus ari paru-paru dewasa (Sumber: Majumdar, 1985)
D. TURUNAN MESODERM
1. Pembentukan ginjal
Ginjal merupakan turunan dari mesoderm
intermedier (mesomer). Pembentukan ginjal embrio vertebrata ditandai
dengan adanya penonjolan pada mesoderm intermedier di daerah anterior embrio,
yang disebut nefrotom. Selanjutnya perkembangan ginjal berlangsung dari
anterior ke posterior, dimulai dengan pembentukan ginjal tipe pronefros,
kemudian mesonefros, dan terakhir metanefros. Semua tahapan terjadi pada
pembentukan ginjal hewan amniota. Perkembangan ginjal hewan anamniota
hanya sampai tahap mesonefros.
Tahap-tahap perkembangan ginjal embrio vertebrata adalah sebagai berikut:
· Nefrotom membentuk pronefros, yang terdiri dari nefrostom yang berhubungan dengan coelom, tubulus pronefros, dan duktus pronefros yang berjalan ke arah posterior. Bagian anterior mesoderm intermedier bersegmen, tetapi bagian posteriornya bersatu membentuk jaringan nefrogenik. Pada embrio amniota pronefros sangat vestigial dan segera berdegenerasi.
· Pada umur embrio yang lebih tua, jaringan nefrogenik di sebelah posterior pronefros akan membentuk mesonefros yang terdiri dari: tubulus-tubulus mesonefros yang akan bermuara di dalam duktus pronefros bagian posterior yang disebut duktus mesonefros (saluran Wolff), dan kapsula yang akan diisi oleh glomerulus.
Mesonefros merupakan ginjal definitif pada hewan anamniota, sedangkan pada amniota hanya berfungsi sebelum terbentuknya ginjal metanefros.
· Pada umur embrio yang lebih lanjut, dari bagian posterior saluran Wollf timbul tunas mesonefros yang akan memanjang menjadi ureter, bagian ujungnya melebar dalam jaringan nefrogenik yang tersisa untuk menginduksi pembentukan metanefros, yang merupakan ginjal definitif pada amniota.
Metanefros merupakan ginjal yang paling sempurna, masing-masing ginjal mengandung ribuan nefron.
Catatan: pada embrio amniota jantan, ketika ginjal mesonefros berdegenerasi, tubulus-tubulus mesonefros dan saluran mesonefros akan berkembang menjadi saluran reproduksi (epididimis dan duktus deferen), sedangkan pada embrio amniota betina seluruh bagian mesonefros akan berdegenerasi.
Gambar 10. Perkembangan ginjal embrio manusia. A,.Menunjukkan bakal pronefros, mesonefros dan metanefros pada jaringan nefrogenik. B, pronefros berdegenerasi, pembentukan mesonefros. C, Pertumbuhan tunas ureter mencapai jaringan nefrogenik untuk merangsang pembentukan metanefros. D, mesonefros berdegenerasi, metanefros sedang berkembang. E, perkembangan sistem urogenitas fetus laki-laki sekitar umur 3 bulan kehamilan. (Sumber: Majumdar, 1985)
Tahap-tahap perkembangan ginjal embrio vertebrata adalah sebagai berikut:
· Nefrotom membentuk pronefros, yang terdiri dari nefrostom yang berhubungan dengan coelom, tubulus pronefros, dan duktus pronefros yang berjalan ke arah posterior. Bagian anterior mesoderm intermedier bersegmen, tetapi bagian posteriornya bersatu membentuk jaringan nefrogenik. Pada embrio amniota pronefros sangat vestigial dan segera berdegenerasi.
· Pada umur embrio yang lebih tua, jaringan nefrogenik di sebelah posterior pronefros akan membentuk mesonefros yang terdiri dari: tubulus-tubulus mesonefros yang akan bermuara di dalam duktus pronefros bagian posterior yang disebut duktus mesonefros (saluran Wolff), dan kapsula yang akan diisi oleh glomerulus.
Mesonefros merupakan ginjal definitif pada hewan anamniota, sedangkan pada amniota hanya berfungsi sebelum terbentuknya ginjal metanefros.
· Pada umur embrio yang lebih lanjut, dari bagian posterior saluran Wollf timbul tunas mesonefros yang akan memanjang menjadi ureter, bagian ujungnya melebar dalam jaringan nefrogenik yang tersisa untuk menginduksi pembentukan metanefros, yang merupakan ginjal definitif pada amniota.
Metanefros merupakan ginjal yang paling sempurna, masing-masing ginjal mengandung ribuan nefron.
Catatan: pada embrio amniota jantan, ketika ginjal mesonefros berdegenerasi, tubulus-tubulus mesonefros dan saluran mesonefros akan berkembang menjadi saluran reproduksi (epididimis dan duktus deferen), sedangkan pada embrio amniota betina seluruh bagian mesonefros akan berdegenerasi.
Gambar 10. Perkembangan ginjal embrio manusia. A,.Menunjukkan bakal pronefros, mesonefros dan metanefros pada jaringan nefrogenik. B, pronefros berdegenerasi, pembentukan mesonefros. C, Pertumbuhan tunas ureter mencapai jaringan nefrogenik untuk merangsang pembentukan metanefros. D, mesonefros berdegenerasi, metanefros sedang berkembang. E, perkembangan sistem urogenitas fetus laki-laki sekitar umur 3 bulan kehamilan. (Sumber: Majumdar, 1985)
2. Pembentukan gonad
· Gonad merupakan turunan mesoderm intermedier, dibentuk
sebagai suatu penebalan pada permukaan ventromedian mesonefros, yang disebut pematang
genital. Pematang genital terdiri atas mesenkim di bagian dalam dan epitel
di bagian luar yang disebut epitel germinal.
· Primordial germ cells (bakal sel kelamin = BSK) yang
berasal dari endoderm kantung yolk dibawa mendekati pematang genital,melalui
aliran darah (pada aves), atau oleh aliran sel-sel di sekitarnya, kemudian
memasuki pematang genital secara aktif dengan gerakan pseudopodia → menempati
lapisan epitel pematang genital.
· Setelah BSK tertanam di epitel germinal, epitel germinal mencembung ke arah coelom, dan menumbuhkan pita-pita seks primitif ke arah dalam. BSK juga bermigrasi ke pita-pita seks primitif. Mesenkim di sela-sela pita-pita seks primitif diisi oleh pembuluh darah yang mensuplai gonad. Bagian bakal gonad yang tersusun atas epitel germinal disebut bagian korteks, sedangkan bagian yang mengandung pita-pita seks primitif disebut medula. Gonad pada tahap ini disebut gonad indiferen.
· Setelah BSK tertanam di epitel germinal, epitel germinal mencembung ke arah coelom, dan menumbuhkan pita-pita seks primitif ke arah dalam. BSK juga bermigrasi ke pita-pita seks primitif. Mesenkim di sela-sela pita-pita seks primitif diisi oleh pembuluh darah yang mensuplai gonad. Bagian bakal gonad yang tersusun atas epitel germinal disebut bagian korteks, sedangkan bagian yang mengandung pita-pita seks primitif disebut medula. Gonad pada tahap ini disebut gonad indiferen.
Pembentukan testis:
a.
Bagian
korteks gonad indiferen tereduksi. BSK dari bagian korteks akan bermigrasi ke
pita-pita seks primitif di medula.
b.
Pita-pita
seks primitif akan membentuk rongga → menjadi tubulus seminiferus; BSK
di dalamnya akan menjadi spermatogonium, epitelnya akan menjadi sel
Sertoli.
Pembentukan
ovarium:
a.
Bagian
medula gonad indiferen tereduksi; pita-pita seks primitif direduksi, kemudian
medula diisi oleh sel-sel mesenkim dan pembuluh darah.
b.
Bagian
korteks menebal, BSK di dalamnya menjadi oogonium. Sel-sel epitel korteks
membentuk sel-sel folikel. Oogonium memasuki tahap awal oogenesis dan
berkembang menjadi oosit. Oosit beserta sel-sel folikel membangun folikel
telur.
Gambar 11. Giagram perkembangan gonad. (A) pematang genital, BSK tertanam di epitel germinal dan sebagian di mesenkim. (B) gonad indiferen, BSK di korteks dan pita-pita seks primitif. (C) gonad yang berdiferensiasi menjadi testis, korteks tereduksi, BSK di pita-pita seks primitif. (D) gonad yang berdiferensiasi menjadi ovarium, pita seks primitif tereduksi, korteks berproliferasi terisi BSK (Sumber: Balinsky, 1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar