LAPORAN
PRAKTIKUM
“Pengaruh
Antibiotik Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella
Typhosa”
Disusun
Oleh:
Nama :
Syahrul Ahyar
Nim :
342012136
Kelas/ Semester : D/ V (Lima)
Mata Kuliah : Mikrobiologi Terapan
Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti. S.Si.,M.Si
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi
Universitas
Muhammadiyah Palembang
2014
ABSTRAK
Syahrul
Ahyar (2014). Pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri salmonella
thyposa: Laporan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Progrm studi Biologi,
Universitas Muhammadiyah Palembang, Program Sarjana (S1). Dosen Pengasuh : Susi
Dewiyeti S.Si.,M.Si.
Kata
kunci: Bakteri Salmonella thyposa, antibiotik.
Tujuan praktikum: (1) Untuk mengetahui
pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan
mikroba. (2) Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas. Ruang
lingkup dan batasan masalah: (1) Bakteri Salmonella thyposa. (2) Antibiotik
yang dipakai adalah Amoxylin 500 g. (3) Paper disk yang digunakan adalah paper
disk berukuran 6 mm. (4) Parameter yang diamati adalah apakah terdapat zona
hambat pada antibiotic yang diujikan. Kesimpulan hasil praktikum: (1) Percobaan
antibiotik terhadap bakteri Salmonella typhosa menghasilkan zona hambat sebesar
7,5438 Cm2. Ini berarti antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri. (2)
Paperdish yang akan digunakan harus direndam selama 15 menit agar cairan
antibiotok benar- benar meresap dengan sempurna pada paper dish. (3) Pada saat
membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi bakteri,
harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan
metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan menghasilkan uap
air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam
inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai media.
A.
Praktikum
Ke : III
B. Judul :
Pengaruh Antibiotik Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhosa.
C.
Pendahuluan
1)
Latar
Belakang
Kehidupan
semua makhluk hidup tergantung pada lingkungan sekitar, baik lingkungan biotik
maupun abiotik. Demikiian pula kehidupan mikroorganisme, tergantung pula pada
lingkungan sekitarnya. Mikroorganisme ini tidak dapat menguasai faktor-faktor
luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung pada keadaan
sekelilingnya. Satu-satunya cara untuk mempertahankan hidupnya ialah
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian diri dapat
terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu akan tetapi dapat pula
terjadi perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk dan
morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun temurun. Bakteri dapat pula
mempengaruhi pH medium tempat ia hidup, sehingga sangatlah perlu kita ketahui
sehingga dilakukan percobaan ini.
2)
Tujuan
a) Untuk mengetahui pengaruh antibiotik
terhadap pertumbuhan mikroba.
b) Untuk mengetahui zona hambat dan zona sensitivitas
D.
Dasar
Teori
1. Bakteri Salmonella
thyposa
Salmonella adalah suatu genus bacteria enterobakteria
gram negatif berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus,
dan penyakit foodborne. Species-species salmonella bisa bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfide. Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald
Smith yang pertama kali menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi (Anonim, 2008).
Kebanyakan species bergerak dengan
flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak
meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari
glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa
yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau
brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman
koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja (Anonim,
2008).
Klasifikasi
Salmonella thyposa
-
Kingdom : BakteriaPhylum : Proteobakteria
-
Classis : Gamma proteobakteria
-
Ordo : Enterobakteriales
-
Familia : Enterobakteriakceae
-
Genus : Salmonella
-
Species : Salmonella thyposa
Gambar1. Bakteri Salmonella thyposa
(Sumber: Joe, 2014)
Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif
sebab salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak.
Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu,
yang membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/ merah muda. Pengujian
ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat
patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme
inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel
gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin
(Anonim: 2008).
2.
Antibiotik
Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan
akhir-akhir ini adalah antibiotik.
Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh
organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang
dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies
atau lebih mikroorganisme. Penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri juga
mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri
terhadap aktivitas kerja obat (Anonim, 2012).
Antibiotika
adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan
dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa
genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman.
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata
rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan
menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup (Anonim, 2012).
Tidak
seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,
antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit
tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus,
jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam
keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang
membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotika oral (yang dimakan) mudah
digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan
untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadang kala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep (Anonim, 2012).
Secara garis besar resistensi bakteri terhadap antibiotik
melalui tiga mekanisme. Pertama, terjadi mutasi pada porin (lubang-lubang
kecil) yang terdapat pada dinding luar bakteri. Porin ini merupakan suatu jalur
bagi antibiotik untuk masuk dan secara efektif menghentikan pertumbuhan
bakteri. Akibat mutasi yang terjadi pada porin, antibiotik tidak lagi dapat
mencapai tempat kerjanya di dalam sel bakteri. Kedua, adanya inaktivasi
antibiotik. Mekanisme ini mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap
antibiotik golongan aminoglikosida dan beta laktam karena bakteri mampu membuat
enzim yang merusak kedua golongan antibiotik tersebut. Ketiga, terjadi
pengubahan tempat ikatan antibiotik oleh bakteri sehingga antibiotik tidak
mampu lagi untuk berikatan dengan bakteri sebagai upaya menghentikan
pertumbuhan bakteri tersebut (Lola, 2010).
Menurut ( Pelczar dan Chan 2009: 511), antibiotik
merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat
mikroorganisme lain. Antibiotik berfungsi sebagai zat kematrapeutik. Menurut (
Pelczar dan Chan 2009: 508), karena zat kematerapeutik merupakan zat kimia yang
digunakan untuk mengobati penyakit menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit penyakit
(kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau
disintesis di dalam laboratorium kimia ( Pelczar dan Chan 2009: 514- 515).
suatu
zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal
hendaknya memiliki sifat-sifat sbb:
·
Harus memiliki kemampuan untuk merusak atau
menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam
mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik berspektrum luas
efektif terhadap banyak spesies.
·
Tidak mengakibatkan berkembangnya
bentuk-bntuk resisten parasit.
·
Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak
dikehendaki pada inang, seperti reaksi
alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastroinestin.
·
Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada
inang. Gangguan terhadap flora normal mikroba dapat mengacaukan “keseimbangan
alamiah”, sehingga memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau
bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk
menimbulkan infeksi baru. Penggunaan antibiotic berspektrum luas untuk waktu
lama misalnya, dapat melenyapkan flora
bakteri normal tetapi tidak melenyapkan Monilia (cendawan) dari saluran
pencernaan. Dalam keadaan demikian Monilia dapat menimbulkan infeksi.
·
Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa
diinaktifkan oelh asam lambung, atau melalui suntikan (parenteral) tanpa
terjadi pengikatan dengan protein darah.
·
Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam
zat alir tubuh.
·
Konsentrasi antibiotic di dalam jaringan atau
darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi.
a. Jenis-
jenis Antibiotik
1.
Penisilin ( Penicillins )
Penisilin atau antibiotik beta-laktam yaitu
kelas antibiotik yang mengakibatkan kerusakan dinding sel bakteri ketika
bakteri tengah dalam reaksi reproduksi. Penisilin merupakan grup agen
bakterisida yang terbagi dalam penisilin G, penisilin V, amoksisilin,
tikarsilin, ampisilin, oksasilin, kloksasilin dan nafsilin. Antibiotik ini
dipakai untuk menyembuhkan infeksi yang terkait dengan kulit, gigi, mata,
telinga, saluran pernapasan, dan lain-lain. Beberapa orang mungkin akan
mengalami alergi pada penisilin dengan keluhan ruam atau mungkin demam lantaran
hipersensitivitas pada antibiotik. Kerapkali penisilin diberikan dalam
kombinasi dengan beragam jenis antibiotik yang lain (Anisa.Mia, 2013).
2. Sefalosporin
( Cephalosporins )
Sefalosporin, seperti halnya juga penisilin,
bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding pada sel bakteri selama
reproduksi. Akan tetapi, antibiotik ini dapat menyembuhkan beragam infeksi
bakteri yang tidak juga mampu diobati dengan penisilin, seperti meningitis,
gonorrhea, dan lain-lain. Dalam masalah di mana orang peka terhadap penisilin,
maka sefalosporin dapat diberikan menjadi alternatif. Akan tetapi, dalam banyak
masalah, saat seorang alergi pada penisilin, maka besar kemungkinan dia akan
alergi pada sefalosporin pula. Ruam, diare, kejang perut, dan demam merupakan
efek samping dari antibiotik ini (Anisa. Mia, 2013).
3. Aminoglikosida
( Aminoglycosides )
Jenis antibiotik ini menghalangi pembentukan
protein bakteri. Sebab efektif dalam menghalangi produksi protein bakteri,
aminoglikosida diberikan diantaranya untuk menyembuhkan tifus dan pneumonia.
Walaupun efektif dalam menyembuhkan bakteri pemicu infeksi, terdapat resiko
bakteri semakin tahan pada antibiotik ini. Aminoglikosida pula diberikan dalam
kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin. Aminoglikosida efisien mengatur
dan menyembuhkan infeksi bakteri, akan tetapi punya potensi melemahkan ginjal
dan fungsi hati (Anisa. Mia, 2013).
4. Makrolida
( Macrolides )
Sama sesuai sebelumnya, antibiotik ini
mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida menghambat terjadinya
biosintesis protein bakteri dan kebanyakan diberikan untuk menyembuhkan pasien
yang benar-benar peka pada penisilin. Makrolida mempunyai spektrum lebih luas
dibanding dengan penisilin dan dipakai untuk menyembuhkan infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran lambung, dan lain-lain. Ketidaknyamanan pencernaan,
mual, dan diare merupakan sebagian efek samping dari makrolida. Bukan hanya itu
saja, wanita hamil dan menyusui tidak boleh konsumsi makrolida (Anisa. Mia,
2013).
5. Sulfonamida
( Sulfonamides )
Obat ini efisien menyembuhkan infeksi ginjal,
akan tetapi sayangnya mempunyai efek berbahaya pada ginjal. Untuk menghambat
terjadinya pembentukan kristal obat, pasien perlu minum sejumlah besar air.
Satu diantara obat sulfa yang paling kerap dipakai yakni gantrisin (Anisa. Mia,
2013).
6. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu satunya kelas
dari antibiotik yang dengan cara langsung dapat menghentikan sintesis DNA
bakteri. Sebab mampu diserap dengan amat baik oleh tubuh, fluoroquinolones bisa
diberikan dengan cara oral. Antibiotik ini di anggap relatif aman dan banyak
dipakai untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Akan
tetapi, fluoroquinolones diduga memengaruhi perkembangan tulang. Itu karena,
obat ini tidak juga direferensikan untuk wanita hamil atau mungkin juga
anak-anak. Efek samping yang kerap timbul meliputi diare, mual, muntah dll
(Anisa. Mia, 2013).
7. Tetrasiklin
( tetracyclines ) dan polipeptida ( polypeptides )
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum
luas yang dipakai untuk menyembuhkan beragam infeksi seperti infeksi pada
telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dan lain-lain. Pasien dengan
permasalahan hati perlu hati-hati ketika mengambil tetrasiklin sebab bisa
memperburuk masalah. Polipeptida di anggap cukup beracun makanya difungsikan
pada permukaan kulit saja. Saat disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida dapat
mengakibatkan efek samping seperti rusaknya ginjal dan saraf. itulah beberapa
aspek yang patut kita ketahui berkaitan dengan masalah obat antibiotic (Anisa.
Mia, 2013).
E.
Pelaksanaan
Praktikum
1.
Waktu
dan Tempat
·
Waktu
: Jum’at, 31 Oktober 2014
·
Tempat :Laboratorium Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2.
Alat
dan Bahan
a.
Alat:
-
petri
- incubator
-
Termometer - Jangka sorong
-
Penggaris - Kertas label
- Beaker glass - Tabung reaksi
- Pinset - Bunsen
- Penggaris - Jarum ose
-
Sprayer
- Autoclave
b.
Bahan
:
-
Media
NA -
Media PDA
-
Kertas
putih -
Biakan bakteri S. Thyphosa
-
Label -
Spiritus
-
Alkohol
70% -
Tissue
-
Paper
disk diameter 6 mm -
Antibotik amoxylin 500 mg
3.
Cara
kerja
·
Mengamati
pengaruh antibioti
-
Inokulasi
bakteri keseluru bahan media NA (untuk khamir/ kapang: inokulasi khamir ke
seluruh permukaan media PDA) dalam cawan petri secara aseptis.
-
Masukkan
masing- masing bahan kimia kedalam beaker glass kira- kira 5 ml, kemudian
rendam paper dish berdeameter 6 mm selama 15 menit kedalam bahan kimia
tersebut.
-
Setelah
15 menit pape dish direndam kemudian letakkan paper dish tersebut secara
aseptis diatas permukaan media NA yang sudah diinokulai bakteri.
-
Bungkus
cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, kemudian inkubasi selama 24
jam untuk bakteri pada suhu 37℃
dalam inkubator .
-
Setelah
inkubasi 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong.
-
Rumus
: Luas Zona Sensitifitas = Luas Lingkaran I ( Besar ) – Luas Lingkaran II
(Paper dish)
F.
Hasil
dan Pembahasan
1) Hasil Praktikum
Data hasil praktikum Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan
terhadap Pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa diperoleh data
hasil pengamatan perlakuan bahan kimia, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas zona
hambat yang terbentuk pada antibiotik
No
|
Bahan Kimia
|
Diameter Zona Hambat (Cm)
|
Luas Zona Hambat (Cm2
)
|
|||
Sisi 1
|
Sisi 2
|
Sisi 3
|
Sisi 4
|
|||
1
|
Antibiotik
|
3
|
3,2
|
3,3
|
2,9
|
7,5438
|
(Sumber:
Dokumentasi Pribadi)
2)
Pembahasan
Salmonella
typhosa apabila di inkubasi dengan bahan uji peletakan paper dish yng direndam
antibiotik maka akan mempunyai zona hambat yang cukup besar dan juga mempunyai
daerah bening. Ini disebabkan karena zat kimia antibiotik mempengaruhi
pertumbuhan bakteri. Zona hambat yang terbentuk sebesar 7,5438
Cm2. Paper dish harus direndam selama 15
menit pada cairan antibiotik alasannya agar cairan antibiotic benar- benar
meresap sempurna pada paper dish. Pada saat membungkus cawan petri yang yg
berisi media yang telah diinokulasi bakteri, harus dibalik karena bakteri yang
ditanam pada media akan tumbuh dan melakukan metabolisme pada saat inkubasi,
proses metabolisme ini akan menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri
harus dibalik jika akan dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada
di tutup cawan tidak mengenai media.
KESIMPULAN
1.
Percobaan
antibiotik terhadap bakteri Salmonella typhosa menghasilkan zona hambat sebesar
7,5438 Cm2. Ini berarti antibiotik mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
2.
Paperdish
yang akan digunakan harus direndam selama 15 menit agar cairan antibiotok bena-
benar meresap dengan sempurna pada paper dish.
3.
Pada
saat membungkus cawan petri yang yg berisi media yang telah diinokulasi
bakteri, harus dibalik karena bakteri yang ditanam pada media akan tumbuh dan
melakukan metabolisme pada saat inkubasi, proses metabolisme ini akan
menghasilkan uap air oleh karena itu cawan petri harus dibalik jika akan
dimasukkan ke dalam inkubator, agar uap air yang berada di tutup cawan tidak mengenai
media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar